GPOP-Menghadapi tantangan literasi, peran panutan atau role model memiliki dampak yang signifikan. Individu yang menjadi contoh positif, terutama dalam dunia literasi, mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis.

Duta Baca menjadi salah satu peran yang diharapkan mampu membawa perubahan literasi. Duta Baca memiliki peran penting dalam meningkatkan gemar membaca dengan menjadi sosok inspiratif. Melalui peran ini mereka mempromosikan kegiatan membaca dan memprogramkan kegiatan literasi untuk menyebarkan budaya literasi.

Shegita Griselda, siswi SMAS Golden Christian School Palangka Raya sukses menorehkan banyak prestasi, salah satunya penobatan juara I Duta Baca Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2023. Banyak program yang ia usung untuk menjalankan misi sebagai duta baca yakni membangun dan meningkatan literasi.

“Program yang saya jalankan seperti literasi digital, buku berjalan, lomba literasi, komunitas baca dan donasi buku. Saya sangat aktif dalam sosial media, sehingga saya dapat melaksanakan berbagai program literasi digital seperti klip video perpustakaan, review buku, dan video dan lainnya,” kata perempuan 17 tahun ini.

Upaya peningkatan literasi juga dilakukan dengan menyebarkan edukasi singkat atau review buku yang sudah dibaca. Shegita juga tidak segan terjun langsung di tengah masyarakat melalui program perpustakaan keliling, sehingga masyarakat bisa merespon program tersebut dengan baik. Shegita menegaskan bahwa antusias masyarakat terhadap literasi akan sangat tinggi apabila difasilitasi dengan baik.

“Waktu aku mengajar anak-anak membaca buku di Perpustakaan Kota Palangka Raya, mereka mendengarkan dengan seksama. Dengan pendekatan yang menarik, masyarakat membuka lebar pintu agar literasi masuk,” ujarnya.

Membaca memang menjadi kegemarannya. Ia menyadari bahwa ada banyak manfaat dari membaca dan meningkatkan pengetahuan terhadap mata pelajaran, dunia luar dan hal-hal lainnya yang mempermudah untuk berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan public speaking serta kemampuan bagi bekal masa depan.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dan informasi saat ini semakin pesat. Kita dapat menggunakan media digital seperti Instagram, Blog, TikTok dan website sebagai sarana meningkatkan tingkat baca buku. Berbagai resensi buku telah diunggah pada website online, hal ini tentu mempermudah masyarakat mencari referensi buku yang mau dibaca, sehingga digitalisasi sangat mempermudah peningkatan literasi. Tapi, kalau ditanya “lebih suka baca buku konvensional atau digital?” Shagita menjawab suka keduanya.

“Sebab, ada beberapa buku yang gak tersedia di E-Book sehingga mengharuskannya untuk membaca buku konvensional. Tentunya buku-buku yang edukatif dan ada juga yang fiksi, karena saat ini, banyak bacaan di internet lebih variatif dan exploratif,” jelasnya.

Menurutnya, literasi digital sangat efisien, namun kita tetap harus melakukan sosialisasi kunjungan ke perpustakaan terdekat. Tidak dapat dipungkiri, buku konvensional akhirnya jadi jarang terjamah. Akibatnya, kunjungan pada perpustakaan menurun dan buku cetak mulai terbengkalai.

“Seharusnya dua hal ini selaras perkembangannya, namun arus globalisasi telah menenggelamkan,” tuturnya.

Hal itu sebenarnya baik bila dikaitkan dengan tujuan untuk meningkatkan literasi. Era digital berhasil membuat budaya literasi meningkat pesat karena kemudahan aksesnya. Namun, menurut pendapat Shegita, budaya membaca melalui buku konvensional harus tetap dipelihara meski beralih ke digital.

Budaya membaca literasi digital dapat terus dilanjutkan, diimbangi dengan sosialisasi dan pengenalan buku konvesional,” tutupnya. (ovi/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter