GPOP-Selama bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri, budaya saling berbagi parsel menjadi tradisi yang sangat dihargai di banyak komunitas muslim. Parsel Ramadan dan lebaran tidak hanya berisi makanan, tetapi juga berbagai barang kebutuhan sehari-hari dan bahkan hadiah-hadiah spesial.
Setiap tahun, keluarga dan teman-teman saling bertukar parsel sebagai tanda persaudaraan, kebersamaan, dan kasih sayang. Parsel seringkali berisi makanan khas Ramadan seperti hidangan berbuka puasa hingga kue lebaran yang disiapkan dengan cinta dan kehangatan.
Tidak hanya itu, budaya berbagi kini memiliki banyak macam sebutan, seperti hampers. Melalui saling berbagi, umat muslim tidak hanya merayakan momen penting dalam agama mereka, tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan solidaritas di antara sesama umat. Bahkan, kini budaya berbagi di momen peringatan hari keagamaan juga banyak diikuti oleh agama lain (non muslim).
Dalam tradisi ini, setiap hadiah yang diterima tidak hanya menjadi hadiah fisik, tetapi juga menyiratkan pesan-pesan kebaikan, persahabatan, dan harmoni antara sesama manusia, bahkan dalam perbedaan agama. Budaya saling berbagi saat Ramadan dan lebaran tidak hanya memperkaya tradisi keagamaan, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kasih sayang antarumat beragama.
Budaya saling berbagi ini menjadi peluang bagi pelaku usaha yang menggeluti di bidangnya. Anak muda tidak ketinggalan menjadi salah satu yang menangkap peluang itu. Indra Resky Resti Fauzi, salah satu pelaku UMKM muda yang menyediakan pesanan kue lebaran yang dikemas apik menjadi hampers.
Mahasiswi S2 jurusan Manajemen Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya ini mengaku kuwalahan melayani pelanggan yang memesan hampers kue lebaran. Memang, terjadi lonjakan yang signifikan dibandingkan dengan pesanan kue di hari-hari biasa.
“Biasanya memang produksi kue, tetapi tidak harus kue kering yang identik biasanya disuguhkan saat lebaran. Tetapi, saat lebaran membuka orderan kue kering, momentum Ramadan menjelang lebaran ini terjadi peningkatan pesanan,” kata Indra saat dibincangi tim G-Pop di sela-sela mengemas hampers di rumahnya di Jalan Nyai Enat Nomor 14, Kota Palangka Raya.
Perjalanan menjadi UMKM yang menggeluti di bidang kuliner khususnya kue, Indra mengaku usaha ini berawal dari seseorang yang berminat memesan kue-kue yang pernah dia produksi. Penjualan kue Indra berkembang pesat dan terus berjalan hingga saat ini. Ia mulai mengeluti usaha di bidang kue ini sejak tahun 2016 lalu.
“Memang saya memiliki ilmu dasar pembuatan kue, karena sebelumnya memang lulusan tata boga di SMKN 3 Palangka Raya,” kata perempuan 27 tahun ini.
Ilmunya bertambah saat ia menjalankan tugas magang dari sekolah di salah satu hotel berbintang di Kota Cantik ini. Ia praktik secara langsung pembuatan kue ala hotel, di sisi lain ia terus mengembangkan potensi sesuai bidangnya dengan memperkaya ilmu dari berbagai sumber, seperti media sosial.
“Setelah menerima pesanan dari beberapa orang, kemudian dari mulut ke mulut, usaha saya mulai dikenal orang. Sehari-hari banyak menerima pesanan dari acara keluarga khususunya di hari-hari besar keagamaan,” ucap pengusaha kue yang viral dengan cup cake-nya ini.
Di bulan Ramadan ini, kue kering best seller-nya yakni nastar, putri salju, sagu keju dan cookies cokelat. Ia pun mengaku selama bulan Ramadan ini kuwalahan, karena setiap customer repeat pemesanan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kuenya cocok dengan pemesan.
“Alhamdulillah, di bulan Ramadan ini produksi sangat meningkat hingga mendekati hari H lebaran, produksi tiap harinya selalu menambah, pemesan order kembali yang akhirnya pekerjaan produksi sering lembur, karena memenuhi permintaan customer agar tidak kecewa,” ucap perempuan yang lahir di Palangka Raya, 21 Desember 1996
Ia pun kerap mempersiapkan lebih awal bahan produksi sebelum Ramadan, agar tidak terburu-buru ketika ada orderan. Hal itu dilakukan agar dapat menyiapkan pesanan customer tepat waktu. Sebagai pengusaha muda, terlebih masih aktif kuliah, ia mengaku harus memilki sifat pekerja keras. Tidak pantang menyerah untuk selalu terus mengembangkan kemampuan di bidang boga, hal itu juga perlu konsisten di dunia kuliner kue.
“Akan selalu ada banyak orang menjual makanan, tetapi menjual produk dan memproduksi itu tidak lah mudah. Banyak strategi yang perlu kita lakukan agar menjadi keberhasilan bidang usaha kue. Belajar mengembangkan tidak selalu cukup pada ilmu dasar saja,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Banyaknya orderan tak hanya dirasakan oleh pelaku umat muslim saja, tetapi pelaku usaha non Islam (nonis) pun turut kecipratan rezeki. Orderan yang diterima pun tidak hanya dari kalangan muslim saja, tetapi ada pula dari kalangan nonis untuk diberikan kepada saudara, kerabat, ataupun teman yang beragama Islam. Parsel merupakan salah satu pilihan yang menarik untuk dibagikan, selain beragam macam isian terdapat pula berbagai bentuknya. (*cho/abw)