GPOP-Di era modern dan perkembangan teknologi yang pesat, membuka wawasan anak muda lebih luas. Mereka bisa mengakses ilmu dan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat mereka. Bahkan, anak muda kini bisa berkaya dan menghasilkan cuan dari belajar autodidak di media sosial (medsos) dan platform digital lainnya.
Di Kota Cantik Palangka Raya ini, banyak anak-anak muda terampil yang memanfaatkan waktunya untuk berkarya, di sela-sela kesibukannya menggali ilmu di perguruan tinggi. Memulai usaha di tengah kesibukan kuliah bukanlah perkara mudah, namun Dewi Handayani berhasil membuktikan bahwa hal tersebut bisa dilakukan dengan tekad dan ketekunan.
Ia memulai usaha jahitannya pada tahun 2015 dengan brand D’Jahit. Saat dirinya memasuki semester tiga di bangku kuliah, kesulitan membagi waktu antara bekerja untuk orang lain dan kuliah menjadi dorongan kuat baginya untuk membuka usaha jahitan sendiri yang lebih fleksibel.
Melalui D’Jahit, ia berhasil menemukan keseimbangan antara akademis dan bisnis, menjadikan usahanya sebagai contoh nyata bahwa dengan manajemen waktu yang baik, segala sesuatu bisa dicapai.
Dewi memiliki alasan kuat di balik usahanya. Sejak lulus SMP, keterbatasan biaya memaksa Dewi untuk mencari jalan alternatif demi melanjutkan pendidikan. Bergabung dengan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Kalimantan Tengah menjadi titik awal perjalanan inspiratifnya.
Di sana, ia mendapatkan pelatihan menjahit selama lima bulan yang kemudian menjadi bekal berharga dalam hidupnya. Melanjutkan pendidikan di SMKN 3 Palangka Raya jurusan Tata Busana, Dewi terus mengasah kemampuannya.
Motivasi utamanya adalah untuk mandiri secara finansial dan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kisahnya menunjukkan bahwa dengan tekad dan kemauan, keterbatasan bisa diubah menjadi peluang.
Dewi membuktikan bahwa kerja keras dan dedikasi membuahkan hasil yang luar biasa. Setelah beberapa tahun menjalankan D’Jahit, usahanya kini telah berkembang pesat. Musim pernikahan menjadi momen penting bagi Dewi, di mana penghasilannya bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat.
“Alhamdulillah penghasilan saya di atas upah minimum provinsi (UMP),” ungkap perempuan yang lahir di Palangka Raya, 10 Agustus 1993 ini.
Pernyataannya menunjukkan bahwa kesuksesan bukanlah mimpi yang jauh jika diiringi dengan usaha dan doa. Menghadapi dunia bisnis dengan keterbatasan dana, Dewi awalnya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, ia mulai memanfaatkan media sosial seperti Instagram untuk memperluas jangkauan pasarnya.
“Media sosial sangat efektif karena orang bisa melihat hasil karya saya,” tegas perempuan yang memiliki hobi mendesain baju ini.
Melalui platform ini, ia berhasil menarik perhatian banyak pelanggan, terutama saat musim pernikahan dan ajaran baru sekolah. Pesanan seragam sekolah, blouse dan hem batik kerja pun mengalir deras. Dewi membuktikan bahwa dengan kreativitas dan adaptasi terhadap teknologi, usaha kecil bisa meraih kesuksesan besar.
Ia juga memberikan pandangan positif terhadap anak muda yang ingin memulai usaha di tengah kesibukan kuliah. Menurutnya, penting untuk berani memulai, terus belajar dan mengasah keterampilan agar usaha yang dijalani bisa berkembang.
Ia melihat peluang besar bagi anak muda di era informasi saat ini. Dengan kemudahan informasi dari media sosial, anak muda dapat mengembangkan keterampilan mereka dan membaca tren yang sedang ramai.
“Mereka bisa menambah keterampilan baru dan mengembangkan yang sudah ada,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa anak muda yang tetap terampil di tengah kesibukan kuliah adalah anak muda yang keren dan bisa menjadi contoh bagi yang lain.
“Terus semangat dan berkarya. Maksimalkan waktu muda dengan baik, karena waktu muda tidak akan pernah kembali ketika telah berlalu,” tutupnya.