GPOP-Ada cara lain bagi seorang pemain seni dalam menyampaikan emosinya. Puisi, menjadi salah satu pilihan untuk mengekspresikan perasaan tanpa rasa takut dan dihakimi.
Hal ini dirasakan Mufidah Rahmi, baginya membaca puisi di atas panggung adalah cara terbaik untuk menyampaikan emosi yang mendalam kepada penonton.
“Puisi adalah wadah dari segala wadah untuk menampung perasaan seseorang,” ujar perempuan yang hobi melukis ini kepada G-Pop Kalteng Pos, Jumat(16/8).
Biasa disapa Mup, ia selalu mempersiapkan diri dengan latihan intensif, memahami isi puisi dan melatih vokalnya agar stabil. Menurut Mup, percaya diri bisa menciptakan suara yang lantang. Namun, tantangan seperti tremor akibat gugup tetap ia hadapi.
“Cara mengatasinya dengan membiarkan tangannya tetap tremor, karena penampilan harus lebih kuat dari rasa gugup itu sendiri,” kata mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) ini.
Mup mengaku bahwa ia sering kali dihadapkan dengan tantangan dalam memahami emosi penulis puisi yang dibacakannya, namun ia selalu berusaha memposisikan diri sebagai tokoh dalam puisi tersebut.
“Kalau puisi itu menceritakan seorang ibu yang kecewa, maka aku akan menjadi ibu yang penuh rasa kecewa,” jelasnya.
Pengalaman paling berkesan bagi Mup yakni ketika ia berhasil menampilkan puisi buatannya sendiri yang berjudul Melawan Restu Takdir di atas panggung. Saat itu merupakan momen berkesan baginya, karena itu merupakan impiannya untuk menampilkan puisi buatannya sendiri.
“Momen berkesan karena impian menampilkan puisi karya sendiri akhirnya terwujud,” katanya penuh semangat.
Meski Mup belum memiliki inspirasi spesifik dari tokoh tertentu, ia mengakui bahwa teman-teman teaternya menjadi sumber inspirasi dalam improvisasi cara membacanya.
“Mereka membuat aku kagum setiap kali mendengar mereka membaca,” tutupnya.
Dengan bakat dan dedikasinya, Mufidah Rahmi membuktikan bahwa puisi bukan sekadar rangkaian kata, tetapi juga jembatan untuk menyampaikan perasaan yang dalam kepada dunia. (rah/abw)
