GPOP-Musisi Dayak yang gak kalah kerennya yakni Franciscus Daniel Christian Nuhan. Pria asal Katingan desa Tumbang Lahang ini memulai perjalanan karirnya sebagai komposer dan produser musik dari bangku perkuliahan jurusan Etnomusikologi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Pada tahun 2011, Daniel Nuhan, sapaanya, mulai menciptakan beberapa karya walaupun tidak dipublish dalam media sosial. Ketika mendapatkan mata kuliah aransemen, ia mulai mencoba untuk mengunggah karya-karya hasil ciptaannya sendiri.
“Aku sejak dari perkuliahan sudah menghasilkan instrumental untuk pertunjukan sejenis opera atau buat iringan tari karena disana ada jurusan tari dan teater yang membutuhkan iringan musi,” ujarnya.
Di tahun 2020, ia mulai membangun studio bernama Nuhan Musik Pro dan grup musik Balai Dawai. Daniel Nuhan memainkan beberapa alat musik tradisional seperti kacapi dan rabab yang digunakan sebagai instrumen utama lalu suling dan gariding sebagai tambahan alat instrumen yang sering ia mainkan saat sedang tampil atau membuat lagu dan musik.
Beberapa anggota keluarganya dapat memainkan keempat alat musik ini, namun terkadang ia ikut belajar dengan temannya yang paham dan memiliki alat musik tersebut.
“Cuma nggak lama aku langsung beli alat sendiri kemudian belajar sendiri,” katanya.
Saat kembali ke tanah kelahirannya ia belajar secara mandiri dan meminta bantuan kepada orang tua di sekitarnya. Sehingga, karya yang dihasilkannya cenderung menggabungkan musik orkesta dan etnik Dayak.
“Kadang kalau lagi jalan aku rela berhenti ke pinggir jalan untuk ngerekam melodi yang aku nyanyikan di handphone supaya gak hilang,” jelasnya dengan sedikit tertawa.
Tak jarang karya yang ia hasilkan bedasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Saat ini laki-laki dengan hobi kulineran ini sedang disibukkan dengan proyek drama tari, iringan tari, dua festival di Thailand, dan pembuatan album karyanya sendiri. (*nda/abw)