GPOP-Menghadapi tantangan pengelolaan sampah yang semakin kompleks, Kota Palangka Raya terus mengembangkan berbagai inisiatif, salah satunya adalah melalui edukasi tentang Bank Sampah.
Program ini tidak hanya bertujuan mengelola sampah dengan lebih baik, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah. Tujuannya untuk mengajak warga termasuk anak muda untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya Nia Ramayanthie menegaskan bahwa masyarakat harus memahami betapa pentingnya mengelola sampah secara bertanggung jawab.
“Setiap hari, Kota Palangka Raya menghasilkan 150 hingga 160 ton sampah. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah ini tidak hanya menumpuk dan merusak pemandangan, tetapi juga menimbulkan pencemaran dan mengancam kesehatan,” katanya.
Nia menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah sampah organik, terutama limbah sisa makanan, yang mendominasi tempat pembuangan akhir (TPA). Di TPA, sampah organik yang tidak diolah dengan baik akan terurai dan menghasilkan gas metana, yang 28 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida dalam mempengaruhi perubahan iklim. DLH telah membangun instalasi penangkapan gas metana di TPA sebagai langkah mitigasi dampak lingkungan.
Namun, upaya tersebut belum cukup tanpa partisipasi aktif masyarakat. Melalui edukasi Bank Sampah, DLH mengajak warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara memilah sampah di rumah.
Sampah yang dapat didaur ulang, seperti plastik, kertas, dan kaleng, bisa disetorkan ke Bank Sampah. Di sana, sampah akan ditimbang dan dihargai, lalu hasilnya bisa disimpan sebagai tabungan yang bisa dicairkan dalam bentuk uang atau barang.
“Bank Sampah adalah solusi win-win. Kita tidak hanya membantu mengurangi beban TPA, tetapi masyarakat juga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi. Sampah yang selama ini dianggap tidak berguna, kini punya nilai,” ungkapnya.
Selain itu, DLH juga terus mensosialisasikan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) dalam setiap kegiatan edukasi. Warga diajarkan untuk mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai, memanfaatkan kembali barang-barang yang masih layak, serta mendaur ulang sampah agar tidak langsung dibuang.
Program Bank Sampah ini menjadi bagian dari langkah strategis DLH dalam menjaga keseimbangan ekologi dan menekan laju pencemaran. Masyarakat diharapkan dapat mendukung penuh upaya ini dengan cara mempraktikkan pemilahan sampah di rumah, berpartisipasi aktif dalam program Bank Sampah, dan menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya pengelolaan sampah kepada tetangga dan keluarga.
“Dengan begitu, kesadaran akan pengelolaan sampah yang bijak bisa tumbuh di setiap sudut kota, menjadikan Palangka Raya lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan,” tutupnya. (zia/abw)