GPOP-Anak muda zaman sekarang makin peduli sama penampilan, apalagi soal bentuk tubuh. Nggak heran kalau tren diet buat dapetin tubuh ideal jadi topik yang hits di kalangan mereka. Iyaaa deh, emang ga bisa disangkal, kalau mempunyai tubuh yang ideal, maka rasa percaya diri juga akan maksimal.
Banyak perbincangan media sosial tentang macam-macam diet yang dijalani kalangan anak muda. Mulai diet keto, intermittent fasting, sampai plant-based diet. Tapi nggak sedikit juga yang terjebak dalam diet ekstrem tanpa panduan ahli.
Tren ini jadi bukti kalau generasi muda makin sadar sama pentingnya kesehatan dan penampilan. Tapi, mereka juga perlu diingatkan buat tetap bijak. Daripada ikut-ikutan tren yang nggak jelas, lebih baik konsultasi sama ahli gizi atau personal trainer biar hasilnya maksimal dan tetap aman.
Livia Ayu Wahyuni, pejuang diet yang sering banget gagal dalam prosesnya. Dari sejak SMA, Livia sudah berkali-kali mencoba menjalani diet, hingga kini sudah terhitung tujuh tahun lamannya. Penyebabnya karena ia tidak bisa konsisten dalam menjalankan diet itu.
“Sejak SMA sih sebenernya udah diet, sampai hari ini juga masih terus mencoba diet. Tiga atau empat kali saya gagal selama tujuh tahun terakhir ini. Tapi mulai tahun lalu, aku mulai diet lagi dan sekrang sudah terlihat progresnya,” kata Livia saat dibincangi tim G-Pop Kalteng Pos, Senin (24/11).
Sebelum diet, ia merasakan kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari serta di lingkungan sosial. Selain itu, saat berpakaian ia juga kerap kali tidak percaya diri, kadang kekecilan dan perasaan tidak pantas untuk memakainya.
“Hingga akhirnya aku menyadari bahwa memiliki tubuh dengan berat berlebih menjadikan aku tidak percaya diri, sering kali insecure,” tegasnya.
Perempuan dengan tinggi 153 sentimeter ini ini mengungkapkan bahwa saat masuk SMA ia mulai melihat teman-temannya memiliki badan ideal yang menurutnya enak di pandang. Hal ini membuatnya memiliki rasa tidak percaya diri, namun ia tidak rendah diri sehingga termotivasi untuk berubah.
“Walaupun dengan jalan yang cukup susah karena konsisten dalam menjalani program diet itu susah banget,” bebernya.
Untuk itu, ia memiliki tekad untuk lebih sehat, memiliki tubuh ideal dan terlihat cantik. Lantaran, selama ia memiliki berat badan berlebih berbagai penyakit sering datang.
“Saat ini, aku komitmen dan konsisten untuk diet. Saat ini aku menjalani deit intermittent fasting (IF),” tegasnya.
Sebelum menjalani pola diet ini, Livia juga sempat mencoba pola diet DEBM pada tahun 2017. Pola diet ini berkonsep dengan rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein. Ia mengikuti pola diet ini dengan telur sebagai sumber makanan utamanya.
“Saya boleh minum kopi tapi tidak dicampur dengan gula namun dengan santan,” ujar perempuan yang hobi menulis cerita pendek ini.
Sebelum diet. berat badannya antara 72/73 kilogram, namun saat ini ia sudah berhasil menurunkan berat badan hingga 59/60 kilogram. Selain melakukan diet dengan menjaga pola makan ia juga berolahraga setiap hari.
Awalnya saat ia mulai olahraga semua badannya terasa sakit, namun hal ini tidak menghalanginya. Setelah berbulan-bulan berolahraga mahasiswi lulusan Universitas Palangka Raya ini mulai terbiasa, bahkan jika sehari tidak berolahraga ia merasa tubuhnya terasa berat. Menurutnya tidak ada kata lelah untuk berolahraga.
Selama melakukan diet ia merasa kesulitan terbesarnya yakni untuk konsisten. Ia harus mengubah kebiasaannya untuk mengubah pola makan dan pola olahraga untuk mencapai target berat badan yang diingikan.
“Itu menjadi tantangan yang paling besar ketika saya menjalani diet,” jelas perempuan kelahiran Desa Keruing, Kabupaten Katingan.
Anak pertama dari dua saudara ini membeberkan tips untuk memulai diet dengan menyadari bahwa memiliki berat badan berlebih mendatangkan banyak penyakit, lalu berkomitmen untuk berubah dengan pola hidup yang sehat dan konsisten untuk menjalani kehidupan dengan hidup sehat.
“Mari mencintai diri kita dengan melangkah menuju perubahan atas diri kita sendiri lalu buktikan bahwa kita mencintai diri sendiri,” singkatnya.
Sementara itu, Frida Marcelina, bukan pejuang diet, tetapi memiliki tubuh yang banyak diidamkan kaum perempuan. Ia sendiri tidak tahu pasti penyebab badanya tidak bisa bertambah.
“Mungkin karena makanku yang kurang teratur, porsinya terlalu sedikit atau memang tubuhku yang susah naik beratnya,” jelas perempuan yang akrab dipanggil Frida ini.
Ia juga mengungkapkan bahwa tidak ada pola makan ataupun pola hidup khusus yang dijalaninya selama ini. Dengan tinggi 160 sentimeter dan berat hanya 37 kilogram, mahasiswi IAIN Palangka Raya ini sedang berusaha untuk mengubah pola hidupnya dan menambah porsi makannya agar bisa mencapai tubuh impiannya.
Menurut perempuan yang memiliki impian mempunyai tubuh seperti Anya Geraldine ini, proporsi setiap bagian tubuh itu memiliki ketentuannya masing-masing. “Tubuh ideal itu tidak hanya dilihat dari postur tubuh, tapi juga komposisi tubuh yang sehat,” ujarnya.
Perempuan 21 tahun ini mengutarakan bahwa menjaga berat badan ideal itu penting. Tubuh yang ideal dapat bermanfaat untuk kesehatan, karena dapat mengurangi risiko berbagai penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.
Selain itu, mempunyai tubuh yang ideal juga akan meningkatkan rasa percaya diri seseorang. “Aku merasa percaya diri karena tubuhku yang tinggi membuatku bisa mengenakan berbagai jenis pakaian. Namun bentuk tubuhku yang kurus masih terlihat jelas ketika memakai baju yang semi fit body,” ungkapnya.
Perempuan yang memiliki hobi fotografi ini berharap bisa konsisten untuk mengubah pola makannya dan disiplin dalam berolahraga. Dengan hal itu ia percaya dapat mencapai bentuk tubuh proporsional yang ia impikan.
Mahasiswi semester akhir ini juga memberikan semangat kepada mereka yang memiliki tubuh serupa. Ia menekankan pentingnya percaya diri dan fokus pada kelebihan masing-masing. Ia juga mengingatkan bahwa mencapai berat badan ideal itu mungkin dengan pola makan sehat dan olahraga teratur.
“Jangan lupa, kesehatan mental juga perlu diperhatikan ya teman-teman,” tutupnya sambil tersenyum manis. (*ian/*nad/abw)