GPOP – Berawal dari mendaftar menjadi Puteri Indonesia melalui website online yang diisi dengan hati-hati, jalan hidup Ahsan Nadia Ramadhana saat ini berubah. Perempuan asal Barito Utara yang sehari-hari berprofesi sebagai ASN di kantor Pemerintahan Kabupaten barito Utara kini tengah menjalani kehidupan sebagai finalis Puteri Indonesia Kalimantan Tengah 2025.

Tanggal 21 Februari 2025 menjadi momen penting bagi Nadia sebab ia diminta hadir ke Graha Mustika Ratu, Jakarta Selatan untuk mengikuti audisi tahap kedua. Di tanggal 25 Februari 2025, ia melangkah ke babak selanjutnya yakni seleksi administrasi, lalu dilanjutkan dengan tahapan yang lebih intens. “Saat itu saya bertemu dengan Puteri-Puteri Indonesia dari provinsi lain dan kita juga sempat melakukan presentasi,” ujarnya dengan wajah berseri-seri.

Beberapa hari setelahnya, Nadia kembali dihubungi oleh tim Yayasan Puteri Indonesia. Kali ini, perempuan semampai ini diminta mengikuti rangkaian audisi lanjutan dimulai dari sesi wawancara, unjuk bakat, hingga menyampaikan advokasi atau kegiatan sosial yang dimiliki oleh para Puteri Indonesia.

“Sebagai generasi muda yang besar dekat hutan Kalimantan saya merasa terpanggil untuk membawa isu lingkungan ke panggung nasional,” ucapnya saat Press Conference. Maka lahirlah advokasinya yang diberi nama Stand For the Trees dengan fokus konservasi hutan, pelestarian orang utan, dan edukasi tentang agroforestri. Semuanya berawal dari kecintaannya pada alam dan keresahannya terhadap kondisi hutan yang semakin rusak akibat deforestasi dan eksploitasi yang tak bertanggung jawab.

Tak main-main, perempuan berumur 23 tahun ini pun melakukan berbagai persiapan matang mulai dari mempelajari public speaking, belajar modelling, latihan catwalk, membuat video profil, sampai mengikuti berbagai challenge dari Yayasan Puteri Indonesia. “Bajunya juga udah siap, kami kerja sama sama desainer-desainer lokal dari Kalimantan Tengah,” katanya sambil tersenyum dengan lebar.

Nadia tak hanya bergerak sendiri, ia bekerja sama dengan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga anak-anak sekolah ikut terlibat dalam advokasinya. “Kami datang ke sekolah-sekolah memberikan edukasi tentang orang utan, pentingnya konservasi hutan dan memberikan pemahaman tentang reboisasi  agar mereka leboh peka terhadap isu lingkungan sejak dini,” jelasnya dengan semangat.

Salah satu hal yang paling ia dorong adalah inovasi agroforestri hasil kolaborasi antara pemerintah dan LSM. “Jadi dengan adanya agroforestri kita dapat memanfaatkan tanah hutan tanpa harus merusaknya dengan melakukan penanaman seperti buah-buahan atau sayur-sayuran sehingga masyarakat mendapatkan mata pencarian dan penghasilan” imbuh wanita dengan rambut panjang ini.

Sebelum masuk karantina, Nadia bersama Puteri Indonesia Provinsi lainnya akan melalui proses pra karantina. “Tentunya nanti dalam pra karantina kami melakukan latihan catwalk, public speaking dan kemudian akan dimantapkan untuk menjelang karantina” tutupnya. (nda)

 

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter