GPOP-“Hidup Perempuan yang Melawan!” Seruan lantang itu menggema dari suara seorang orator perempuan muda di tengah kerumunan massa aksi. Dida Pramida, namanya. Ia adalah sosok yang aktif menyuarakan aspirasi dan mengambil peran di garda terdepan dalam berbagai aksi demonstrasi.

Perempuan tangguh kelahiran Kota Patung ini telah aktif menjadi pemandu dan orator dalam berbagai aksi sejak awal tahun 2023. “Saya mulai tertarik dan aktif menjadi orator ketika mengikuti Aksi Kamisan Kalimantan Tengah, sebuah gerakan damai yang konsisten menyuarakan isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM),” jelasnya lugas.

Sejak saat itu, Dida merasa terpanggil untuk lebih aktif menyuarakan berbagai isu krusial yang mendorongnya turun ke jalan, mulai dari persoalan HAM, kebijakan publik yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, hingga isu-isu kesetaraan gender. Namun, menjadi orator perempuan di ruang publik tak selalu mudah. Dida mengakui bahwa ia sering menghadapi tantangan, terutama karena masih kuatnya budaya patriarki di lingkungan aksi.

Mahasiswi Universitas Palangka Raya ini mengatakan bahwa tantangan terbesar yang ia hadapi adalah pandangan patriarkal yang membatasi ruang gerak perempuan. Masih banyak perempuan yang takut bersuara. Padahal, kita memperjuangkan hal yang sama dan setiap orang memiliki hak serta kesempatan yang setara.

“Semoga tidak ada lagi pandangan yang membatasi gerak perempuan yang juga ingin melawan,” ujarnya dengan nada kecewa.

Dida meyakini bahwa kesempatan untuk terlibat dalam aksi, termasuk berorasi dan memimpin demonstrasi, harusnya terbuka sama luasnya bagi perempuan maupun laki-laki.

Menjelang peringatan Hari Kartini pada 21 April, Dida ingin menghidupkan kembali semangat perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa kini. Bagi perempuan berusia 20 tahun ini, menjadi “Kartini Masa Kini” berarti mampu berkarya di berbagai bidang, mendapatkan hak yang setara, dan menjunjung tinggi prinsip kesetaraan gender.

“Semangat Kartini tentang pentingnya pendidikan dan kesadaran akan hak-hak perempuan sangat menginspirasi saya,” tuturnya sambil tersenyum.

Aktif dalam berbagai aksi sosial, Dida merasa tengah meneruskan ‘api’ perjuangan Kartini melalui organisasi yang ia ikuti. Ia turut melakukan aksi penyadaran kepada perempuan di sekitarnya, serta menciptakan ruang aman bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi. Bagi Dida, inilah bentuk emansipasi yang relevan dengan tantangan zaman saat ini.

“Saya juga terinspirasi dari sosok senior perempuan saya, seorang aktivis Kalimantan Tengah yang menunjukkan dedikasi nyata dalam memperjuangkan hak-hak perempuan,” tambahnya.

Kehadiran Dida sebagai orator perempuan di Bumi Tambun Bungai diharapkan dapat membangkitkan semangat juang perempuan lain. Ia membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin dan penggerak perubahan di ruang publik, sekaligus menghapus stigma bahwa perempuan adalah sosok yang lemah dan emosional.

Perempuan yang gemar bermain futsal ini memiliki harapan besar agar perempuan Indonesia semakin sadar akan pentingnya kesetaraan gender. Ia percaya perempuan harus mampu mengisi peran penting di berbagai bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.

“Kesetaraan bukan hanya soal hak, tapi juga soal kesempatan untuk berkembang dan memberi kontribusi bagi masyarakat. Jangan pernah ragu untuk bermimpi besar, mengambil keputusan, dan percaya pada diri sendiri. Bersama-sama, kita bisa menciptakan perubahan dan meraih kesetaraan yang sesungguhnya,” tutupnya penuh semangat.(*ian/abw)

 

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter