GPOP-Ternyata nih, posisi anak muda pada pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang menduduki posisi yang sangat strategis. Sebenarnya apa sih feedbacknya buat anak muda yang memberikan hak suara?
“Apa yang diperoleh setelah pemilu? Tentu kalo yang dimaksud itu uang jelas bukan itu yang dicari. Yang perlu dipikirkan sebelum dan sesudah pemilu adalah masa depan kalian (generasi muda)! Kalo kamu salah memilih pemimpin itu bisa jadi problem. Makanya sebelum diputuskan memilih siapa baiknya dipikir serius karena semua ada konsekuensinya,” kata Pengamat Politik Jhon Retei saat menjadi pembicara pada KPU goes to campus di Universitas Palangka Raya (UPR) belum lama ini.
Seperti pedagang di pasar, para calon pemimpin di musim demokrasi masing-masing akan bersaing “menjual” produk terbaiknya. Semuanya akan mengklaim bahwa produknya yang paling hebat dan nomor satu. Tak mungkin ia menawarkan kepada pembeli jika produk yang ia jual bukan produk terbaik dan unggulan.
“Di momen ini calon pembeli diminta selektif dengan informasi yan diterima,” ucap dosen FISIP UPR ini.
Namun problemnya tak hanya itu. Karakter pemilih muda yang saat ini kian erat dengan teknologi dan internet justru menjadi pemicu negatif. Ketergantungan internet yang terjadi menyebabkan sebagian pemilih muda enggan berdialog dengan teman-temannya. Tetapi lebih percaya dengan buzzer dan influencer yang nyatanya telah dikontrak oleh tokoh politisi.
“Adanya karakter pemilih muda yang dekat dengan internet membuat mereka mudah terprovokasi dengan kampanye yang bermuatan propaganda, jika informasi itu tidak disaring dengan benar. Jadi tolong semua informasi yang diterima difilter dulu. Jangan ditelan mentah-mentah!,” pesannya dihadapan ratusan pemilih muda di Aula Rahan Universitas Palangka Raya. (ayu/abw)