GPGP-Menjadi sukses dan terkenal saat ini tidak harus melalui televisi. Bagi kalangan muda saat ini sangat mudah viral dan terkenal dari sebuah konten yang mereka buat. Melalui kreativitas yang dilahirkan dari ide-ide yang unik dan menarik, menjadkan wadah baru bagi kalangan muda untuk terus berkembang dan memberikan inovasi yang luar biasa.
“Content creator sebuah pekerjaan yang diadobsi dari perkembangan teknologi dan menciptakan sektrum baru,” kata pengamat media sosial Ida Bagus Suryanatha saat dibincangi tim G-Pop Kalteng Pos, Selasa (21/5).
Dosen Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Palangka Raya (UPR) ini berpandangan bahwa gen Z masuk dalam ranah postmo modern yang dekontruksi pada pola-pola lama atau pekerjaan lama. Content creator merupakan gabungan dari orang yang memiliki soft skill dalam bidang creativity dan hard skill dalam penggunaan teknologi yang dikombinasikan menjadi jobdes baru.
“Content creator benar-benar membuat sebuah konten, dari olahan ide yang memiliki selling poin,” ucapnya saat dibincangi di sela-sela kegiatan di UPR.
Peluang itu, kata Ida Bagus, tercipta apabila memiliki segment, dan segment itu tidak tercipta jika tidak ada isu. Jadi, content creator harus memiliki isu yang menjadi opportunity dan ada sebuah akses yang dimanfaatkan serta dieksplor. Tidak semua gen Z punya kemampuan bahkan selera dan test yang bagus dalam membuat video. Kalau dalam peluang generalnya, content creator menjadi sebuah peluang yang besar, bagi kalangan gen Z yang mempunyai fashion, mobilitas, space yang bagus dalam industry content creator.
“Hal yan perlu diperhatikan dalam membuat konten harus memiliki sense, awareness terhadap selera masyarakat yang dapat ditarik menjadi konten. Serta melihat isu dan realitas senyatanya, kalau ngomongin sosial itu terdapat das sein (senyatanya) dan das sollen (seharusnya),” jelasnya.
Sebagai content creator jangan berhenti untuk memperluas referensi serta jangan latah atau ikut-ikutan yang tidak sesuai dengan dirinya. Setiap orang mempunyai selera jokes, makanan, film, dan pandangan berpikir yang berbeda.
“Kita harus menjadi educator, apapun dasar ilmu dan pendidikanmu. Artinya apapun edukasi yang kamu berikan harus sepenuhnya menginspirasi. You make a content, you have know about attitude make conection, tetapi kebanyakan orang-orang kurang aware terhadap hal itu. Yang terpenting adalah banyaknya like, coment and viewer, menjadikan ladang rezeki dengan menjual viewer bagi content creator yang mau eksis dengan instan,” bebernya.
Hal mendasar yang perlu dimiliki seorang content creator, selain teknologi yaitu membuat skrip, membuat konten yang berkualitas (value), serta skill dari public speaking, creative thinking, comunication, critical thingking, problem solution dan harus mempunya intergeritas yang tinggi.
“Kalau saya lihat content creator Gen Z dari Palangka Raya kapasitasnya tidak jauh dari kota-kota besar, karena sudah terbukanya arus informasi yang sangat masif, tapi hanya dimiliki orang-orang tertentu yang memiliki fashion lebih dalam industri kreatif,” ucapnya.
Menurut Ida, peluang yang dapat diangkat di Kalteng oleh content creator yakni kearifan lokal dan sumber daya alamnya melimpah. Adapun local wisdom yang menjadi tradisi turun temurun, dapat pula mengangkat kehidupan di Kalteng yang tidak kalah metropolitannya dengan kota-kota besar. Serta isu-isu yang menarik dengan relate kehidupan. (*cho/abw)