GPOP-Dandang Kristian Antonius, pemuda yang lahir dari keluarga sederhana di Desa Rantau Pandan, Kecamatan Bukit Raya, Kabupaten Katingan pada 23 April 2000 silam. Dengan kondisi ekonomi pas-pasan ia bertekad untuk tetap melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang lebih tinggi.
“Dari kecil cita-cita saya menjadi seorang pemimpin dan berpengaruh bagi banyak orang. Makanya saya tekadkan niat untuk lanjut ke perguruan tinggi. Jika diperhatikan di desa saya sangat kurang tenaga pendidikan dan kesehatan, maka dari itu saya mengambil jurusan pendidikan guru olahraga di Universitas Palangka Raya,” cerita Dandang kepada tim G-Pop.
Kepulangannya untuk mengabdi dan menebar manfaat kembali ke kampung halamannya disambut hangat oleh anak-anak di lingkungan desa Rantau Pandan. Terlihat dalam beberapa konten bersama anak-anak SMPN Satu Atap 3 Katingan Hulu yang diunggah melalui akun Instagramnya @dandang_muda_merakyat.
Dalam satu tahun perjalanan menjadi seorang guru, Dandang sengaja lebih banyak berinteraksi bersama murid-muridnya. Menurutnya hal ini diciptakan agar muridnya lebih akrab dan bisa menyerap ilmu yang ia bagikan dengan suka cita.
“Kembalinya saya ke kampung halaman untuk mengabdi. Selain mengajar di ruang kelas, saya juga senang membuat konten edukasi yang dikemas ringan untuk menghibur dan menginspirasi anak-anak Indonesia. Hal ini juga dilakukan supaya anak-anak lebih akrab dan tidak ada gap antara guru dan murid,” paparnya.
Aksi pedulinya terhadap dunia pendidikan tak sebatas menjadi seorang guru, Dandang juga menginisiasi Rumah Baca Harati Bukit Raya yang telah ia wujudkan di pembuka tahun 2023. Bersama dengan Balai Bahasa Kalimantan Tengah rumah baca yang ia dirikan ini menerima beragam buku bacaan untuk menunjang program kerja rumah baca kedepannya.
“Literasi anak-anak khususnya di Desa Rantau Pandan masih minim. Minat bacanya masih sangat rendah juga masih jarang penulis yang berasal dari sini. Melalui rumah baca ini harapannya menambah semangat baca anak hingga mampu melahirkan penulis lokal daerah sehingga turut memajukan dunia pendidikan,” tutup penulis cerita rakyat Kamus Bahasa Daerah Ot Danum ini. (oas/abw)
368