Bundaran Besar Palangka Raya menjadi saksi kemeriahan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI). Beberapa kelompok anak muda berbakat di Kota Cantik Palangka Raya menampilkan karya-karyanya.
RAHMAH AULIA, Palangka Raya
RIBUAN warga tumpah ruah di Bundaran Besar (Bunbes) Palangka Raya, Sabtu malam (3/9). Mereka menikmati berbagai pertunjukan seni dari anak-anak muda yang kreatif dan penuh semangat.
Bunbes dihiasi oleh bendera merah putih yang berkibar di setiap sudut, sementara lampu-lampu hias menghiasi jalanan, memberikan nuansa meriah yang kental. Keluarga, teman dan pasangan muda-mudi tampak menikmati setiap momen, tak ingin ketinggalan menyaksikan berbagai penampilan yang dipersembahkan.
Kita adalah penikmat kemerdekaan. Memaknai kemerdekaan cukup luas. Anak-anak muda dapat tampil bebas berkreasi saat ini menjadi salah satu wujud kemerdekaan yang dirasakan. Anak-anak muda Indonesia kini bisa menyalurkan bakat dan kemampuan, karena kita sudah merdeka.
Sanggar Tut Wuri Handayani, Sanggar Kahanjak Huang, dan Sanggar Igal Jue membuka acara dengan tarian tradisional yang memukau penonton. The Universal Line Dance Kalimantan Tengah dan Singo Mulang Joyo Bulan Triana-Kaaliilaa Production menampilkan tarian modern yang energik.
Teaterikal puisi dari Lingkar Studi Terapung menggugah emosi, sementara fashion show dan penampilan disc jockey (DJ) and rhymes and poetry (RAP) menambah variasi hiburan malam itu. Seorang pemain teater, Zudan berbagi pandangannya tentang makna kemerdekaan melalui seni.
“Berkesenian dengan budaya dan sejarah Indonesia merupakan makna kemerdekaan bagi saya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Zudan menjelaskan berbagai bentuk karya yang bisa dihasilkan untuk merayakan kemerdekaan, seperti lukisan, musik, tarian, puisi, cerpen, maupun lakon dalam teater.
Kemajuan teknologi dan media sosial juga sangat membantu para pemuda dalam berkarya.
“Dengan adanya teknologi, kita bisa lebih mudah mencari ide, gagasan, referensi, dan juga menyebarluaskan karya-karya anak muda,” tambah Zudan.
Ia juga mengungkapkan bahwa pandangan anak muda tentang kemerdekaan kini berbeda dengan generasi sebelumnya.
“Dulu mungkin saja lebih ada rasa juang dalam setiap hari kemerdekaan, tapi semakin ke sini rasa juang itu semakin kurang,” ungkapnya penuh sesal.
Namun, Zudan juga berbicara tentang dampak positif dari karya anak muda. Anak muda bisa menghibur dan memberikan semangat baru bagi masyarakat.
Ia juga menjelaskan peran pemerintah dan berbagai organisasi dalam mendukung kreativitas anak muda. “Menyediakan fasilitas dan kegiatan rutin bagi anak muda untuk berkarya dan tampil,” jelasnya.
Sala, salah satu penonton, menyampaikan kesan-kesannya tentang acara tersebut.
“Menarik ya menurut saya, terdapat pentas-pentas menghibur,” katanya.
Sala juga menilai acara ini sebagai bentuk dorongan bagi anak muda untuk mengembangkan potensi mereka. Dalam rangka merayakan kemerdekaan, titik tolak yang mendorong juga untuk menghibur penonton, mendorong baik dari anak-anak sampai mahasiswa untuk mengembangkan potensi.
Sementara itu, Risa, seorang penonton lainnya, merasa malam itu sangat luar biasa.
“Luar biasa sih, terlihat upaya benar sungguh-sungguh penampilan malam ini,” kata perempuan ini dengan gembira.
Risa juga menambahkan bahwa kehadiran teman-temannya dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya yang turut serta dalam pentas musikalisasi membuatnya semakin antusias untuk datang menikmati hiburan malam itu.
Acara yang berlangsung di pusat kota ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk mengekspresikan bakat mereka.
Keberagaman seni yang ditampilkan, mulai dari tarian, puisi bertema pahlawan, hingga musik tradisional dan modern, menjadi pengingat akan perjuangan para pahlawan terdahulu.
Dengan semangat kemerdekaan yang terus menyala, anak-anak muda Palangka Raya siap untuk terus berkarya, menjaga budaya, dan menginspirasi generasi berikutnya.
“Tetap semangat terus berkarya untuk diri sendiri dan bangsa,” pesan Risa mengakhiri wawancara. (*/abw)