GPOP-Menjaga kerukunan umat beragama menjadi tugas bersama. Tidak menjadi tugas salah satu agama, tetapi lintas agama. Bukan hanya orang tua tetapi juga anak muda. Yaps, kalian pemuda merupakan pelopor kebersamaan dalam perbedaan.

Koordinator Wilayah VI Kalteng, Kalsel, Kaltim, Kaltara Pengurus Pusat GMKI Jhoni Sanjaya Suhin mengatakan bahwa Kalteng memiliki Falsafah Huma Betang yakni pemahaman bagaimana semua masyarakat kalteng diwajibkan hidup rukun, harmonis, saling menghargai, tenggang rasa dan saling menghormati antarsesama tanpa memandang latar belakang termasuk agama.

“Catatan pentingnya adalah Falsafah Huma Betang harus dijiwai dan hidup di dalam gagasan falsafah itu, sehingga semua masyarakat Kalteng maupun pendatang harus mengerti di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjung,” katanya.

Paham ini akan membawa kesetaraan, keadilan, serta saling toleransi karena digambarkan dalam suatu rumah besar (betang). Tentu akan ada berbeda latar belakang, misalkan agama, namun semua bersaudara. Maka akan beriringan dengan Falsafah Huma Betang, itulah moderasi beragama menjadi kuat di Kalteng.

“Saya melihat kondisi kerukunan umat beragama di Kalteng relatif sangat baik terlebih di kalangan anak muda Kalteng. Saling menghargai perbedaan dalam hal beragama sangat besar di kalangan muda-mudi Kalteng,” ujarnya.

Contoh saja, saat Natal dan Idulfitri, para pemuda sangat menghargai itu. Yg muslim bertamu ke rumah temannya yang non muslim ketika Natal, begitu pula sebaliknya jika Idulfitri teman-teman non muslim datang bersilaturahmi ke rumah temannya yang muslim. Bahkan banyak kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan antar masing-masing hari besar keagamaan itu yang dilakukan oleh anak muda.

“Saya melihat kerukunan umat beragama antarpemuda di Kalteng mempunyai masa depan yang baik sebagai pilar penyangga Indonesia, karena kehidupan heterogensi bermsyarakat telah dimulai dari tingkat terkecil yaitu keluarga dan lingkungan,” ujar pria yang asli Keruing, 28 Juni 1995 ini.

Upaya yang bisa ia lakukan sebagai salah satu tokoh pemuda agama khususnya di Kalteng adalah hidup dan menghidupi pemahaman moderasi beragama dalam bingkai Falsafah Huma Betang, mengembalikan pemahaman bahwa agama itu hak masing-masing orang dan mengembalikan posisi keyakinan agama itu di ranah privat, bukan publik, sehingga tidak ada lagi yang memaksakan agamanya kepada orang lain.

“Sebagai tokoh pemuda agama saya ingin menjadi contoh bagi banyak orang, bagaimana hidup menghormati agama orang lain, beribadah sesuai agama yang dianut, tidak menghina agama yang diyakini orang lain, tetap berbuat baik kepada sesama manusia, menghargai perayaan hari penting agama lain dan terlibat di dalamnya,” beber pria yang juga aktif di keorganisasian pemuda lintas iman Cipayung Plus ini.

Banyak kegiatan yang telah ia lakukan untuk menjaga kerukanan beragama di Kalteng. Hal-hal yang kami lakukan adalah saling membantu pelaksanaan saat adanya kegiatan hari-hari besar keagamaan masing-masing.

“Misalnya saat bulan puasa, kami membuat takjil dan kami bagikan, kami juga membuat pelatihan kepemimpinan moderasi beragama, dialog publik, seminar, dan pertemuan lainnya,” katanya.

Sesuai dengan keyakinan agama yang ia anut, Jhoni menegaskan dalam kekristenan itu kerukunan di lambangkan oleh kesatuan iman yang berlandaskan kasih. Sikap toleransi di bangun sesuai ajaran dan teladan hidup Tuhan Yesus Kristus. Pengajaran Tuhan Yesus inilah yang menjadi sikap berpikir, berbicara dan bertindak bagi setiap orang percaya di tengah masyarakat majemuk.

“Maka jelas di sini bahwa kekristenan mengajarkan hal berbuat baik, tolong menolong dan saling menghargai kepercayaan antar umat beragama, karena bagi kami syalom Allah harus dihadirkan ke bumi, yakni kerajaan damai bagi seluruh umat manusia. (abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos