GPOP-Perawat merupakan profesi kemanusiaan, artinya oleh manusia dan untuk manusia. Di era teknologi berkembang pesat saat ini, profesi perawat diyakini tetap mampu bertahan, tetap dijalankan oleh para perawat manusia seutuhnya, tidak bisa diambil alih oleh teknologi atau mesin.

Mahasiswa perawat penting mengingat dirinya adalah manusia, makhluk luhur ciptaan Tuhan, bukan benda semacam robot. Keperawatan harus tetap dijalankan secara humanistik, bukan mekanistik.

“Dengan demikian yang harus dipersiapkan adalah keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal,” kata Yeyentimalla, dosen keperawatan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

Yeyen berharap, seluruh lulusan keperawatan dapat bekerja di berbagai fasilitas kesehatan di dalam dan luar negeri. Saat ini sudah ada lulusan Poltekkes Palangka Raya yang bekerja di Jepang, Australia, Belanda, Jerman hingga Kuwait.

“Pemerintah sudah membangun jaringan kerja sama legal government to government (G to G) dengan beberapa negara, seperti Jepang, Belanda dan Jerman,” ucapnya.

Saat ini, sekolah keperawatan sudah bisa ditempuh di Kalteng. Misal saja, di Kota Palangka Raya memiliki Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan Jurusan keperawatan yang memiliki tiga program studi yaitu diploma III keperawatan, sarjana terapan keperawatan dan program studi ners, kerja sama  Poltekkes Semarang dengan Poltekkes Palangka Raya.

“Untuk mendapatkan gelar profesi ners (perawat), saat ini putra-putri Kalteng dapat menimba ilmu di Palangka Raya, lebih efisien biaya dan dekat dengan keluarga. Poltekkes Palangka Raya juga memiliki SDM dosen dan tenaga kependidikan berkualifikasi S2 dan S3 lulusan PTN dalam dan luar negeri,” ujarnya.

Setelah lulus, mereka bisa bekerja di fasilitas kesehatan seperti RS, klinik atau lembaga lain. Lulusan perawat yang tidak merawat, namun bekerja di layanan publik, tetap dipandang relevan dengan bidang keilmuannya yang memang dipersiapkan untuk melayani manusia.

“Semangat mereka untuk segera menerapkan ilmu yang diperoleh selama studi sangatlah tinggi. Bahkan sebelum wisuda, sebagian dari lulusan sudah menjalani seleksi di beberapa rumah sakit,” tegasnya.

Para lulusan agar tak mudah berpuas diri, melainkan terus mengembangkan berbagai kapasitas pribadi meliputi keterampilan soft skill, terutama bahasa dan menguasai komunikasi sebagai seni untuk terhubung dengan sesama manusia. Mereka terus berupaya agar pantas untuk bekerja di dalam bidang layanan kesehatan, atau layanan publik lain dan mendapatkan penghasilan yang layak.

“Harapan saya, para lulusan hidup sentosa, berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa,” katanya.

Ia berharap kepada pemerintah, rekrutmen dosen agar memerhatikan kualifikasi keilmuan yang relevan dengan program studi, dan para calon dosen sangat penting memiliki integritas diri yang tinggi. Lowongan pekerjaan profesi dosen diadakan untuk memenuhi ketentuan perguruan tinggi yakni rasio dosen dengan mahasiswa adalah 1:30.

“Saat ini Jurusan Keperawatan Poltekkes Palangka Raya sudah memenuhi rasio tersebut,” jawabnya.

Ia berpesan agar calon-calon perawat senantiasa mampu melakukan tilik diri. Insight tentang diri yang sehat seyogianya dimiliki oleh mahasiswa keperawatan. Mereka dapat membangun kesadaran diri, meliputi pengetahuan terhadap kelebihan dan kelemahan pribadi.

“Kesadaran diri adalah awal proses berbenah diri. Perawat yang cakap membaca raut muka, akan dapat melakukan penyesuaian sesegera mungkin. Saya setia mengajarkan komunikasi emosi dalam mata kuliah yang saya ampu, yakni komunikasi, psikologi, keperawatan jiwa, ksikososial dan budaya dalam keperawatan,” tutupnya. (abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos