GPOP-Pola asuh dari orang tua dan keluarga tentunya akan sangat memiliki peran yang besar dalam tumbuh kembang seorang anak dalam segala aspek baik fisik dan psikologis. Oleh karena itu, pola asuh yang tepat menjadi hal yang tidak dapat dianggap remeh, sebab anak memperoleh pendidikan awalnya dalam lingkungan keluarga sebagai role model bagi anak. Pendidikan yang dimaksud tentunya tidak hanay bicara masalah akademis, namun juga dalam setiap aspek tumbuh kembangnya (kemampuan fisik, berpikir, emosi, kepribadian, social, moral, dll).

Anak membutuhkan perhatian dan cinta kasih dalam tumbuh kembangnya, hal ini dibahasakan baik verbal maupun non verbal terhadap anak dalam aktivitasnya sehari-hari. Hal ini akan sangat membantu untuk membentuk anak menjadi pribadi yang lebih mandiri, mampu berelasi sosial dengan sehat, percaya diri, serta hal baik lainnya. Selain itu, orangtua juga harus belajar memberi kepercayaan bagi anak dalam melakukan aktivitas ataupun berdiskusi Bersama untuk mendengarkan pendapatnya sehingga mereka merasa dihargai dan tumbuh persepsi bahwa keberadaannya ternyata penting (tidak diabaikan). Berikan apresiasi/pujian dengan sewajarnya ketika anak melakukan sesuatu yang menurut kita patut diapresiasi, hal ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak untuk meraih hal yang lebih baik. Apresiasi dilakukan bukan semata karena prestasi yang membanggakan missal menang lomba, prestasi akademis atau sejenisnya. “Perlu dipahami bahwa pujian dan apresiasi diutamakan sebagai bentuk orangtua mendukung dan menghargai setiap upaya yang ia lakukan untuk belajar, bertumbuh serta berkembang,” ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana (P3APPKB) Provinsi Kalimantan Tengah dr. Ina Aden.

Kepala DP3APPKB Kalteng mengungkapkan bahwa asuhan yang salah kepada anak di dalam keluarga menyebabkan berbagai hambatan dalam tumbuh kembang anak bahkan saat ia bertumbuh memasuki usia remaja maupun usia dewasa. Jika anak terbiasa melihat perlakuan kasar dan penggunaan kata-kata yang kurang pantas terjadi dalam keluarganya sehari-hari maka tanpa disadari hal tersebut akan tertanam dalam diri anak tersebut sebagai hal yang biasa sehingga menyamaratakan perlakuan tersebut terhadap orang lain atau bahkan sebaliknya, ia menjadi pribadi yang tidak percaya diri, pesimis, dan lain sebagainya.

“Jika anak merasa dan melihat langsung tindakan kekerasan dalam rumah tangga maka dapat berpengaruh terhadap ketahanan mental ataupun kemampuannya dalam berelasi dengan orang lain. Mulai dari hal kecil yang mungkin disepelekan oleh orang tua bisa berdampak panjang sampai anak beranjak dewasa. Golden time anak-anak itu ngga bisa diulang maka beri edukasi, contoh serta pendampingan terbaik bagi anak,” tambahnya.

Anak cenderung memilih diam dan terkesan penurut saat orang tuanya menasehatinya dengan nada tinggi atau bahkan bermain tangan. Namun tanpa disadari peristiwa tersebut akan membawa dampak terhadap anak yang umumnya negatif dan dalam jangka Panjang termasuk anak berpotensi menjadi pelaku bullying, oleh karena itu sebaiknya pada saat orangtua mendapat koreksi mengenai pengasuhan yang dilakukan terhadap anak terutama jika koreksi tersebut berasal dari tenaga professional, maka sebaiknya orangtua tidak mengelak namun segera melakukan tindakan korektif.

Munculnya perilaku bullying dari seorang anak disebabkan oleh latar belakang yang beragam termasuk pengasuhan dalam keluarga atau lingkungan. Pelaku bullying anak umumnya memiliki pengalaman dirundung sehingga merubah situasi dan manajemen emosi ataupun kepribadiannya. Sehingga muncul perilaku agresif seperti menyerang, mengejek atau membahayakan orang lain. Setelah melakukannya pun pelaku tidak akan merasa puas sampai korban betul-betul tersakiti.

“Ciri khas bully itukan dilakukan berulang kali. Jika dilakukan sekali bisa saja orang itu tidak sengaja ataupun sedang memberikan koreksi/masukan/kritik. Namun jika dilakukan berulang dan dengan cara yang tidak nyaman itu akan berdampak secara psikologis bagi korban. Perlu diingat juga setiap orang punya kerentanan secara psikologis yang berbeda-beda. Mungkin ada yang disentil sedikit masih enjoy aja tapi ada juga yang hypersensitive bawaannya langsung stress dan ketakutan. Perasaan dan persepsi negatif tentunya akan mengurangi kemampuan manusia termasuk dalam hal penurunan prestasi belajar dikarenakan sulit untuk bisa konsentrasi dan memikirkan omongan orang lain secara berlebihan hingga aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Jika sudah demikian maka sebaiknya segera mencari pertolongan dari tenaga professional misalkan psikolog atau psikiater,” sambung Ina.

Maka dari itu Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana (P3APPKB) Provinsi Kalimantan Tengah melaui UPT PPA memberikan pelayanan terhadap korban kekerasan fisik maupun psikis untuk diberikan layanan sesuai dengan hasil assessment dan kebutuhan korban. Melalui pendampingan yang dilakukan oleh ahlinya, korban tentunya diberikan assessment ataupun treatment dengan menggunakan metode tersendiri. Sehingga dapat ditemukan benang merah dari peristiwa tersebut untuk membantu memaksimalkan pemulihan korban tersebut.

Dikatakan oleh Kepala DP3APPKB Provinsi Kalteng bahwa masalah perundungan yang mereka terima kerap kali akhirnya justru mengungkap peristiwa-peristiwa lainnya yang pernah dialami oleh korban ataupun pelaku. Banyak hal tak terduga muncul dibalik laporan kasus bullying seperti kekerasan fisik, KDRT, ataupun kekerasan seksual yang pernah terjadi pada korban/ pelaku perundungan.

“Kekerasan dan perundungan merupakan fenomena gunung es. Dimana yang muncul diatas adalah hanya Sebagian saja dari korban yang berani melapor dan masih banyak kasus kekerasan yang belum terungkap. Maka dari itu melalui UPT PPA DP3APPKB Kalteng kami menyediakan website dan nomor Whatsapp yang bisa dihubungi 24 jam untuk melaporkan kasus kekerasan. Dengan ini harapannya masyarakat tidak merasa malu untuk melaporkan ke kami. Sama halnya dengan konsultasi ke psikolog bukan berarti sakit jiwa ya, bisa saja kita tiba-tiba merasakan gairah semangat menurun dan suka tiba-tiba sedih itu bisa dikonsultasikan dengan profesional,” ungkapnya.

Perempuan bernama lengkap Linae Victoria Aden berpesan jika masyarakat menemukan kekerasan khususnya yang terjadi pada anak usia 0-18 tahun segera laporkan kepada pihak yang berwenang. Atau bisa disampaikan melalui website dan nomer pengaduan agar dapat ditindak lanjuti oleh UPT PPA DP3APPKB Kalteng.

“Kami baru tahu adaterjadi sesuatu jika ada yang melaporkan. Jadi mohon segera dilaporkan jika masyarakat melihat, mendengar, mengetahui ataupun mengalami kekerasan yang terjadi di sekitar khususnya kekerasan kepada anak usia 0-18 tahun. Masyarakat tidak perlu takut dan ragu untuk melapor karena identitasnya dirahasiakan,” tutup Ina. (oas)

 

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos