GPOP-Sempet stuck pengen storytelling kisah rakyat apa mulanya. Sehari sebelum batas waktu pengumpulan naskah cerita rakyat berakhir, Tiffany Mutiara Agustin masih sibuk menulis ulang cerita rakyat Kalteng yang ia temukan sebelumnya. Didesak oleh batas waktu timbul energy produktif Tiffany melonjak tinggi. Saat otaknya mulai ‘encer’ muncul pertanyaan-pertanyaan kecil yang memudahkan ia mengembangkan jalan, alur dan karakter dalam cerita rakyatnya.

“Legenda Sungai Sangi ini baru banget aku temui sesaat sebelum lomba cerita rakyat. Awalnya karena pusing cari referensi dan kebetulan lewat Sungai Kahayan dan sempat mikir ada cerita apa ya di sini? Yang alur ceritanya ceria dan menyenangkan buat anak-anak. Nah ketemulah legenda Sungai Sangi ini. Pas itu jalan ceritanya cukup singkat dan kurang menarik jadi aku kembangkan lagi,” jelas Tiffany.

Cerita rakyat yang dibawakan Tiffany dalam lomba cerita rakyat oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Kalteng ini merupakan legenda rakyat yang masih minim diketahui oleh masyarakat. Menurutnya cerita Sungai Sangi yang berasal dari sungai Kahayan yaitu anak aliran sungai Mahoroi Kalteng ini masih sedikit yang mengetahui. Kisah dari anakan Sungai Kahayan ini berhasil Tiffany kembangkan menjadi cerita rakyat yang sarat akan pesan.

Berkat berselancar di internet ia jadi tahu bahwa ada legenda singkat yang terjadi di anak sungai Kahayan. Ketika ditemukan belum ada informasi lengkap di mana cerita rakyat itu terjadi. Sejauh yang Tiffany temukan, Legenda Sungai Sangi terjadi di wilayah Kalimantan Tengah di pinggiran Sungai Kahayan. Cerita legenda yang beredar masih cukup singkat dan masih belum diketahui lokasi tepatnya cerita rakyat itu terjadi. Maka dari sini Tiffany berharap agar legenda Sungai Sangi ini diketahui oleh masyarakat dan lokasinya bisa diketahui.

“Cerita ini tuh bagus banget. Sayang kalo cuma sedikit yang tahu. Nah karena cerita rakyat ini punya pesan yang menarik jadi aku coba ngembangin cerita ini jadi lebih ringan dan ceria buat anak-anak. Memang agak susah ya, apalagi sumber yang aku temukan cukup singkat. Tapi berkat konsultasi ke sekitar dan guru pendamping jadi banyak ide baru,” jelasnya.

Cukup rumit itu karakter tokoh utamanya Sangi. Kalo cerita yang beredar itu dia baik dan terkesan sempurna banget padahal manusia pasti punya sisi negatifnya ya. Jadi salah satunya ia kembangin dari karakter tokoh dan backstory legendanya.

Tiffany awalnya penasaran mengapa tokoh utama si Sangi memilih menjadi seorang pemburu? Padahal kan ia tinggal di pinggir aliran sungai Mahoroi anak sungai Kahayan. Kenapa nggak jadi nelayan? Berdasarkan dua pertanyaan yang muncul dari diri sendirinya ini kemudian ia jadikan latar belakang dari kisah rakyat ini.

Sempat merasa kesulitan saat mengembangkan cerita, siswi SMAN 3 Palangka Raya ini tak gentar. Ia memanfaatkan rasa penasarannya itu untuk memoles cerita rakyat Legena Sungai Sangi ini jadi lebih menarik.

Berbeda dari peserta lainnya ia meyiapkan property untuk mendukung storytellingnya diatas panggung dengan koleksi boneka tangan miliknya dan topi homemade. Ngga cuma itu, Tiffany juga menambahkan tusuk sate yang menempel di tangan boneka tangannya yang diberi nama Sangi kecil itu sebagai simbol bahwa Sangi adalah seorang pemburu yang andal. Kecil sih tapi hal detail seperti ini juga perlu dipertimbangkan!

“Sangi satu-satunya pemburu andal yang tinggal di pinggir aliran sungai Mahoroi ini punya sumpit memburu peninggalan ayahnya. Ia punya rasa penasaran yang tinggi dan pengen jadi seekor naga. Singkatnya ia dijanjikan kehidupan yang abadi oleh naga sungguhan asal tidak menceritakan hal ini ke orang lain. Namun karena satu dan lain hal Sangi yang kala itu sudah tua ngga sengaja melanggar janji yang membuatnya tak memiliki keturunan,” sambung Tiffany.

Dalam cerita, Sangi yang melangar perjanjiannya dengan sang naga itu perlahan berubah menjadi seekor naga sungguhan. Sisik mulai muncul di tubuhya dan Sangi berlari menuju sungai kemudian menceburkan diri karena tubuhnya terasa panas. Ia pun melompat ke dalam sungai dan tubuhnya menjadi naga seutuhnya. Sejak saat itu Sangi menjadi naga penjaga sungai Sangi, anak sungai Kahayan.

“Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah aliran sungai ini, maka ia akan mati. Emas-emas itu akan menjadi tumbal kematian ku!,” teriak Sangi penuh amarah sebelum menceburkan dirinya ke dalam sungai dan menjadi naga selamanya. (ayu/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter