GPOP-Jangan sekali-kali kalian menjadi pelaku perundungan. Pastikan kalian juga tidak menjadi korbannya. Banyak banget lho dampak yang dialami mereka yang menjadi korban perundungan. Bukan hal yang baik pula jika menjadi pelakunya.

Banyak banget dampak yang dialami korban perundungan ini, mulai dari dampak fisik dan dampak psikisnya. Ternyata ada hubungannya lho. Mereka yang menjadi korban bullying meski dari kata-kata akan berdampak pada fisiknya.

Akademisi Psikologi Dwi Sari Usop menjelaskan bahwa perundungan akan berdampak pada fisik dan psikis para korban. Dari sisi psikis, korban akan mengalami depresi hingga setres. Pada akhirnya, kondisi kesehatan mental yang tidak baik ini akan berdampak pada fisik seperti sakit kepala dan sakit perut. (lihat tabel)

“Ada hubungannya antara fisik dan psikologi, jika seseorang merasa setres maka seseorang tersebut akan mengalami sakit kepala hingga sakit perut,” katanya kepada tim G-Pop.

Selain dampak fisik dan psikis, juga akan berdampak pada masa depan dalam pengembangan diri. Misal saja, korban perundungan di sekolah akan mengakibatkan ia malas masuk sekolah, malas belajar sehingga berdampak pada hasil belajar.

“Ana-anak korban perundungan di sekolah akan merasa bahwa dirinya tidak ada harganya lagi, ia tidak mau sekolah, semangat belajar menurun dan hasil belajarnya akan rendah, tentu korban perundungan akan berdampak pada prestasinya,” jelas dosen di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) ini.

Ia menyebut, ada beberapa faktor perundungan terjadi. Yang pasti dari lingkungan sekitar, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Jika di dalam keluarga tidak trcipta kehidupan yang harmonis, menyebabkan anak menjadi pelaku perundungan.

“Jika anak tersebut dari keluarga broken home, biasa melihat pertengkaran di rumahnya, maka hal itu akan dicontoh oleh anak dan akan ditiru di sekolahnya,” ucapnya.

Selain itu, lingkungan sekolah dan media informasi juga turut andil sebagai faktor terjadinya perundungan. Untuk itu, ia berpesan kepada guru dan orang tua agar terus mengawasi perilaku anak.

“Anak itu cepat meniru, maka dalam bersikap dan berbicara harus dipikirkan. Keluarkan sikap dan kata-kata yang positif, sehingga yang muncul ke depan yakni nilai-nilai positif,” tutupnya. (abw)

 

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter