GPOP-Mostly perusahaan atau penyedia lapangan kerja ketika open recruitment ngga cuma scanning portofolio kandidat, lho! Saat ini sosial media kandidat pun diintip oleh HRD.
Selain mengecek portofolio secara offline, rekruiter juga akan berselancar menyelami akun linkedin kamu. Ngga cuma itu, akun Instagram, Facebook hingga Twitter yang kini disebut X juga menjadi sasaran penilaian rekruiter.
Kenapa ya akun sosial media kandidat jadi pertimbangan juga? Padahal semua riwayat dan pengalaman kerja udah lengkap di CV..
Seperti yang disampaikan oleh pembicara dari BRIN dalam Sosialisasi Literasi Digital, Unggul Satrio Yudhotomo memaparkan bahwa sosial media kandidat turut menjadi nilai plus bagi kandidat.
“Sosial media ini bukan menjadi mutlak yang menentukan, tapi menjadi salah satu komponen penentu. Sekarang ini sosial media punya power yang besar buat kandidat, yaitu personal branding. Kedua ialah kompetensi sang kandidat,” jelasnya.
Buat kamu yang berusia produktif, yuk mulai bangun branding diri di sosial media. Oya, jangan lupa lengkapi juga data diri dan pengalaman kamu di platform jejaring sosial dan bisnis seperti LinkedIn atau Jobstreet. Ssst, kalo kamu punya segudang pengalaman dan prestasi serta mengelola akun jejaring kamu dengan profesional justru rekruiter yang mencari kamu!
“Gen Z sekarang banyak pengalamannya, nah jadi pengalaman itu sebaiknya ditampilkan di sosial media. Misal menjadi MC, EO atau apapun itu. Dari pengalaman itu rekruiter bisa tau kalo personal kami seperti apa. Misal ada dua kandidat dengan kualifikasi yang sama, namun salah satu kandidatnya punya nilai branding yang kuat itu nilai plus bagi HRD,” paparnya sebagai rekruiter yang kini kandidatnya lolos menjadi salah satu ajudan Presiden RI.
Lalu gimana dengan fenomena Gen Z yang punya akun Instagram tapi ngga ada kontennya? Duh sebaiknya dihindari ya..
Akun sosial media kandidat yang tidak ada satu pun memuat konten justru memberi pengaruh buruk dimata rekruiter. Dampaknya tentu kalah dengan kandidat kompetitor yang mengelola akun sosial medianya dengan branding diri yang baik. Istilahnya, sosial media adalah portofolio digital.
“Untuk mengunggah sebuah kegiatan atau capaian yang berhasil ditempuh di sosial media itu bukan flexing. Just sharing. Ini semua tentang branding. Kalo bukan kita yang membangun branding sendiri, ya orang ngga akan tau kita siapa. Jadi mulai sekarang bijak dan maksimalkan platform jaringan kerja dan sosial media. Semua ini bisa membuka kesempatan yang lebih besar,” tutup Unggul. (ayu/abw)
78