GPOP-Literasi tidak akan ada habisnya. Namun, media dan pola mendapatkan literasi yang kian berubah. Uniknya, anak-anak generasi Z (Gen Z), mereka lahir di tengah berkembangkan digitalisasi dan informasi. Wajar jika pengembangan literasi kini sudah lebih banyak memanfaatkan digitalisasi.

Akademisi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya Ida Bagus Suryanatha mengatakan, saat ini kita berada di revolusi industri 4.0 yang dikontrol oleh jaringan internet. Bahkan, penggunaan media sosial (Medsos) di masyarakat Kalteng yang efektif sekitar 80 persen. Fenomena itu terjadi karena saat ini kita berada di era digital, semua ranah didistrubsi oleh teknologi.

Baik atau tidaknya masyarakat menggunakan internet bukan menjadi tolak ukur bagi literasi. Sebab, literasi tidak akan pernah habis dan akan terus kita lakukan. Fenomena penggunaan medsos ini tentu berdampak baik terhadap literasi di Kalteng, ketika masyarakat mempunyai dasar pengetahuan atau paradigma, bahwa sampai kapanpun bacaan itu tidak akan pernah habis dan tergantikan.

“Namun, hanya platformnya saja yang dipindahkan, dari buku fisik ke e-book, dari koran ke portal berita online, dari info bacaan pindah ke video dan lain sebagainya,” kata Ida Bagus.

Menurutnya, literasi itu tidak kaku yang hanya terpaku pada membaca saja. Menonton video pun itu menjadi bagian dari literasi. Dampak baik atau buruk medsos itu bukan karena medianya, tetapi bagaimana kita menggunakannya.

Disampaikannya, hal baik yang bisa didapat melalui media sosial yakni memiliki sarana untuk mengimprovisasi diri, mendapatkan banyak referensi dari media sosial, serta meminimalisir diskoneksi. Melalui medsos, masyarakat lebih cepat terhubung dengan berbagai hal. Tentunya, literasi dari media sosial itu murah, efektif dan efisien. Bisa diakses kapan saja dan di mana saja.

“Dampak buruk yang didapat melalui medsos yakni berkembangnya hoaks (berita bohong), serta salah mengkonsumsi berita dan informasi dari berbagai faktor, bahkan seks,” tegasnya.

Masyarakat harus memiliki pemahaman dasar tentang penggunaan medsos. Saat ini, masyarakat di Kalteng belum semuanya memiliki pemahaman, pemikiran atau dasar pengetahuan, bahwa medsos itu memiliki strategi dalam penggunaannya. Hal yang harus dimiliki masyarakat dalam penggunaan medsos yakni perspektif (pandangan), paradigma (cara bepikir) dan intepretasi.

“Apabila ketiga hal ini tidak dimiliki oleh masyarakat, maka medsos tidak akan membantu dan hanya sebatas yang penting punya. Akhirnya, ada sekelompok oknum menyasar mereka yang tidak paham medsos dan memberikan dampak negatif yang tidak sesuai dengan kaidahnya,” jelasnya.

Sementara itu, menanggapi hasil survei TGM di Kalteng yang sebagian besar masyarakat membaca melalui medsos hal itu tidak menjadi masalah. Lantaran, saat ini kita tidak hidup di mode klasik.

“Dalam cara belajar, ada tiga yang di kategorisasi dengan adanya perkembangan teknologi, yakni belajar dengan visual, auditori dan kinestetik. Artinya, dimana kita melihat, mendengar dan mempraktekannya,” tutupnya. (ovi/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos