GPOP-Di tengah dinamika perekonomian yang terus berkembang, perempuan sebagai pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah menjadi pilar penting dalam membangun dan menggerakkan roda ekonomi Indonesia. Keuletan, ketekunan, dan kemampuan beradaptasi mereka tidak hanya menjadi penopang bagi keluarga, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Perempuan pelaku UMKM menunjukkan peran mereka yang semakin vital di berbagai sektor, mulai dari kerajinan tangan, kuliner, fashion hingga jasa. Dengan kreativitas dan inovasi, mereka mampu menciptakan produk-produk berkualitas yang memiliki daya saing tinggi, baik di pasar lokal maupun global. Tidak hanya itu, keberadaan mereka juga membuka lapangan kerja bagi banyak orang, memberikan dampak positif yang luas bagi komunitas di sekitarnya.

Dalam era digital yang serba cepat ini, perempuan pelaku UMKM pun tidak ketinggalan untuk bertransformasi. Mereka memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan usaha, memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional. Platform e-commerce, media sosial dan aplikasi bisnis menjadi alat utama mereka dalam meraih pelanggan baru, memperkuat hubungan dengan pelanggan lama serta meningkatkan penjualan.

Digitalisasi usaha membawa berbagai keuntungan. Selain memperluas pasar, penggunaan teknologi juga membantu dalam pengelolaan bisnis yang lebih efektif. Berbagai aplikasi manajemen keuangan, inventaris, hingga layanan pelanggan kini dapat diakses dengan mudah dan murah. Hal ini memungkinkan perempuan pelaku UMKM untuk lebih fokus pada pengembangan produk dan strategi pemasaran.

Perempuan pelaku UMKM telah membuktikan bahwa mereka adalah tonggak perekonomian yang tangguh dan inovatif. Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, serta dukungan teknologi digital, mereka terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi bangsa. Transformasi digital ini tidak hanya membuka peluang baru, tetapi juga menjadi langkah penting menuju inklusi ekonomi yang lebih luas dan berkelanjutan.

Sebut saja Septina, perempuan muda yang cukup menginspirasi. Tidak sendiri, ia bersama ketiga temannya Dona Brenda, Yoneta Sonia dan Rahmidiati mengambil peluang mencari cuan di tengah kesibukan kuliahnya masing-masing. Empat sekawan ini membangun usaha rumahan Snack Box Chingu.

“Usaha ini menawakan produk snack ringan untuk menjamu tamu dalam berbagai kegiatan, makanan yang ditawarkan kue basah tradisional,” kata Septina saat dibincangi di sela-sela lokakarya kewirausahaan perempuan di bidang teknologi bertajuk sheHacks innovate di Hotel Luwansa, Palangka Raya, Selasa (25/6).

Sebagai generasi muda yang melek digital, Septina dan kawan-kawan tidak kehabisan akal untuk membangun usahanya. Bermodalkan ilmu dari berbagai platform digital seperti YouTube dan media sosial TikTok, mereka mencari ide resep masakan yang bisa mendatangkan cuan.

“Yup, nemulah berbagai resep dari berbagai tutorial, kami mencoba membuat menu makanan dari tutorial online itu, kemudian mencoba menawarkannya melalui media sosial seperti Whatsapp, Instagram, TikTok, Facebook hingga website, bersyukur usaha ini tidak sia-sia,” kata perempuan kelahiran Pulang Pisau, Kalteng ini.

Ide usaha ini muncul dari keresahan empat sekawan ini yang semuanya ingin mandiri, tidak membebani orang tua untuk membayar uang kuliah di Ibu Kota Provinsi Kalteng, Kota Palangka Raya.

“Semua ini berasal dari keresahan kami yang semuanya perantau, kami berempat mendapat beasiswa bidik misi, kemudian beasiswa itu sudah selesai dan kami sama-sama memutar otak bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang,” kisahnya mahasiswi Jurusan Agribisnis Universitas Palangka Raya (UPR) ini.

Memilih membuka usaha snack box lantaran ide ini paling ideal. Mereka yang semuanya masih dalam proses perkuliahan, tidak memungkinkan untuk bekerja part time. Usaha mandiri menjadi solusi terbaik bagi mereka.

“Dengan usaha ini kami bisa membagi waktu antara kuliah dan usaha, kadang malam bikin kue, siangnya kuliah,” tegas perempuan 23 tahun ini.

Meskipun kadang mereka juga keteteran. Banyak konsumen yang memesan snack box secara dadakan. Untuk itu, mereka menggandeng supplier yang bisa membantu memenuhi keperluan konsumen.

“Sebenarnya usaha ini baru satu tahun berjalan, bersyukur sudah banyak dikenal orang. Setiap hari pasti ada pesanan. Kalau tidak dadakan kami bisa bikin kue sendiri, kalau dadakan kami disuport oleh supplier,” jelasnya.

Meski masih terhitung pemula, mereka sudah bisa mendapatkan omzet sekitar Rp7 hingga Rp8 juta per bulan. Pendapatan mereka sudah bisa mencukupi biya living cost di Kota Cantik ini, juga biaya uang kuliah tunggal (UKT) mereka.

“Harapannya ke depan bisa memperluas pemasaran dengan memaksimalkan platfrom digital,” tutupnya. (abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter