GPOP-Literasi menjadi awal dari pengetahuan. Literasi inti dari kecerdasan dan menjadi roh hidup layak. Semua bisa dicapai dengan pengetahuan, termasuk kesejahteraan. Jika sudah tercapai, kita tak akan takut lagi dengan kemiskinan di masa depan.

Pegiat Literasi Febrianto Budiman melihat, literasi di Kalteng menunjukkan predikat bagus. Saat ini, sudah banyak elemen yang bergerak, baik itu pemerintah, swasta, media dan komunitas. Semua bergerak.

“Kita perlu semangat ini dan konsisten serta semakin masif lagi menggerakkan literasi, kalau minat baca di Kalteng, wah saya yakin angkanya sangat tinggi,” katanya saat dibincangi tim G-Pop, Kamis (30/11).

Febri, sapaan akrabnya, sudah mulai menggeluti buku dan membaca sejak kecil. Berawal dari ayahnya yang berlangganan koran, iapun suka melihat gambar dan perlahan membaca berita. Keren ya, sejak kecil sudah baca berita. hhee

Cinta membaca perlahan tumbuh. Terlebih saat ini menyelesaikan bacaan Alkitab dari halaman pertama sampai terakhir dan melihat (melalui bacaan) banyak cerita bagus. Mulai Nabi Adam, Nabi Musa, kisah romantis Nabi Daud hingga surat-surat keren Nabi Sulaiman/Salomo.

“Setelah khatam, saya jadi suka baca kisah-kisah dari buku-buku lainnya, ternyata membaca sembari berimajinasi itu asyik,” tegasnya.

Baginya, membaca akan menambah pengetahuan dan melatih otak berpikir. Menurutnya, semua tentang dunia ada dalam buku. “Satu-satunya yang belum ada di dalam buku mungkin kisah tentang hidupmu, mulailah membaca supaya kelak kamu bisa menulis kisah inspiratifmu buat orang lain dan itu akan abadi,” ujarnya.

Meskipun, saat ini gadget menjadi salah satu pilihan membaca atau mencari informasi, tidak ada yang salah dengan itu. Gadget itu media. Selama konten yang dinikmati itu positif mengapa tidak? Pembatasannya atas dasar pertimbangan kesehatan saja.

“Bagaimana dengan keseimbangannya?  Sama seperti membaca buku, belajar melalui gadget juga perlu implementasi, perlu dipraktekkan,” ucapnya.

Ditambahkannya, sampai sekarang memang belum ada konsep baku bagaimana agar proses literasi tumbuh dengan baik. Pemerintah, swasta, media hingga perguruan tinggi perlu duduk bersama, anggarkan riset untuk mencari pola yang baik, karena pasti berbeda-beda pendekatannya.

“Tapi paling tidak ada jawaban ilmiahnya, mulai dari mana? keluarga? media pembelajaran? apa tempat? Itu harus dijawab dengan diskusi bersama agar tepat sasaran, tidak membuang banyak biaya dan waktu dalam proses menuju literasi yang semakin baik,” tutupnya. (abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos