GPOP-Menjadi bagian dari pahlawan hutan Kalimantan tidak mengenal syarat. Siapapun bisa, tak terkecuali para pemuda. Bukan hanya mereka laki-laki, kalau perempuan mampu kenapa tidak? Salsabila Intan Ilhamy, salah satu relawan muda perempuan yang tidak mau ketinggalan menjadi bagian dari tim pemadam kerhutla.
Mempunyai hobi bermain di alam seperti mendaki dan camping, serta berolahraga khususnya lari dan bela diri, menjadikan Salsa tertarik terjun ke lapangan sebagai relawan karhutla di Kota Palangka Raya. Semua itu berawal dari rasa prihatinnya terhadap kerusakan alam, membuat jiwa Salsa terpanggil untuk ikut menjadi relawan.
“Aku ingin menjadi orang yang bisa membantu, menyelamatkan dan memperbaiki kerusakan yang terjadi, khususnya di Kalimantan,” ucap perempuan yang lahir di Bekasi, 16 Maret 2007 ini.
Salsa mengaku, kalau ia baru aja bergabung di Komunitas Youth Act Kalimantan (Ranu Welum) pada bulan Februari lalu, tepatnya dalam salah satu kegiatan yaitu “The Heartland Project”. Walaupun begitu, sebelumnya ia memang sudah memperhatikan pergerakan komunitas ini dari tahun ke tahun, sampai akhirnya Salsa mantap untuk bergabung.
Selama menjadi relawan, ternyata Salsa sangat merasa senang lho. Mengapa begitu? Karena ia bisa turut memadamkan api secara langsung di lokasi karhutla
“Ya berasa jadi pahlawan untuk hutan Kalimantan,” imbuhnya.
Yang paling penting, dirinya bisa dapat banyak kenalan baru dari berbagai organisasi dan dapat membantu meringankan pekerjaan pemadam karhutla. Ditambah lagi, bisa merasakan suasana ketika pemadaman, melihat bagaimana setiap tim dapat bekerja sama dan cekatan dalam menjalankan tugasnya.
Tetapi dibalik semua itu, menjadi relawan karhutla adalah berani menanggung segala risiko. Ibaratnya mereka harus “mempertaruhkan nyawa”. Menahan rasa panas dari api yang membakar pepohonan maupun api yang berada di bawah permukaan tanah gambut, dan saat itu harus berdiri di tengah kepulan asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Wah, salut banget buat kalian tim relawan yang sudah ikut berjuang melawan karhutla.
Sebagai generasi muda, yang pasti ia sangat merasa sedih dengan kejadian karhutla yang semakin sering terjadi di Kalteng. Gimana enggak? Kalteng atau Kalimantan pada umumnya adalah paru-paru dunia. Kalau terjadi kerusakan, tentu akan menimbulkan kerugian besar di berbagai aspek hidup baik dari segi lingkungan, kesehatan, bahkan ekonomi.
“Aku juga menyadari bahwa ini semua berada di tangan kita sebagai generasi muda. Maka dari itu aku berharap, dengan menjadi relawan, aku dapat menginspirasi dan membuat teman teman muda lain tergerak dan mampu bersama-sama menyelamatkan maupun mencegah terjadinya kebakaran hutan di Kalteng,” ucapnya.
Sementara itu, Aditya Rahmat Mulyadi yang juga menjadi bagian relawan karhutla dari Katuyung, salah satu mahasiswa di Universitas Palangka Raya, jurusan Budidaya Pertanian. Ada kisah menarik nih, kenapa Adit akhirnya memutuskan untuk menjadi relawan.
Sebelumnya, ia sudah pernah menjadi relawan di tempat asalnya, Kabupaten Kapuas pada tahun 2019. Semua itu bermula saat dirinya ikut kegiatan penanaman reboisasi hutan di sana. Tetapi sangat disayangkan, di tahun 2023 ini, lokasi tersebut sudah terbakar. Padahal ia dan rekan-rekan lainnya sudah diamanahkan untuk menjaga tempat penanaman tersebut. Sebab itu lah, Adit bertekad untuk bisa menjaga hutan lainnya yang ada di Kalimantan dengan menjadi relawan karhutla.
“Disisi lain saya sebagai pemuda Kalimantan, harus menjaga bumi saya. Di mana saya hidup dan di mana saya tinggal, itu harus dijaga. Apalagi jurusan saya pertanian, dan bersangkutan dengan alam,” jelasnya.
Selain itu, dengan keikutsertaannya menjadi relawan, Adit bisa lebih tau bagaimana sebetulnya hutan Kalimantan, terutama di Kalteng dan bagaimana ia bersama teman-teman yang lainnya berjuang mengatasi karhutla saat ini, dan juga untuk menyelamatkan satwa-satwa yang ada di hutan.
Niat mulia ia beserta teman-teman yang lain yakni mereka tidak ingin karhutla semakin parah seperti yang sebelumnya terjadi. Menurutnya, karhutla ini bukan hanya terjadi karna cuaca ekstrem aja, tetapi karna faktor manusia juga.
Dirinya bercerita, kendala yang saat ini dihadapi ialah terbatasnya pasokan air akibat kekeringan, ditambah lagi kebakaran terjadi di tengah hutan, sehingga mereka sulit menjangkau titik api. Apalagi dari segi kesehatan, kondisi fisik bisa menurun akibat tebalnya asap yang bisa mengganggu pernapasan.
“Tapi bagi kami relawan, mengesampingkan duka dan lebih mengutamakan suka,” tambahnya.
Untuk itu, pemuda yang cinta lingkungan, olahraga, dan pencak silat ini berpesan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Mungkin bisa menggunakan cara lain yang tidak berdampak negatif bagi lingkungan maupun orang sekitar. (novi/abw)