GPOP-Di era teknologi dan informasi saat ini, literasi membaca tetap menjadi landasan utama bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat. Membaca bukan sekadar keterampilan, tetapi sebuah gerbang menuju pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam.

Literasi membaca memainkan peran sentral dalam pengembangan individu. Mampu membaca dengan baik tidak hanya memberikan wawasan tentang berbagai topik, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Masyarakat yang memiliki tingkat literasi membaca tinggi cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru, lebih mampu mengatasi tantangan, dan lebih sukses dalam berbagai aspek kehidupan.

Di era digital saat ini, terjadi perubahan pola membaca khususnya di lingkup anak muda. Bagaimana tidak? Mengakses informasi saat ini sudah sangat mudah dilakukan melalui gawai yang sudah mengakar di tangan beberapa masyarakat. Dulu, media konvensional menjadi satu-satunya sumber menjelajah dunia. Kini, dunia bisa kita lihat melalui alat komunikasi canggih dengan berbagai ragam aplikasi seperti sosial media (sosmed).

Permasalahan global pandemi Covid-19 juga berperan menciptakan kebiasaan baru di bidang literasi. Beberapa tahun terakhir kita terkungkung akibat wabah Covid-19. Mengharuskan kita diam di rumah saja. Menjadikan smartphone lebih dekat dengan para pemiliknya.

“Pandemi Covid-19 merubah gaya hidup masyarakat. Benar, masyarakat tetap gemar membaca namun hampir sebagian besar referensi tema bacaannya diambil dari media sosial seperti WhatsApp, YouTube, Facebook, Instagram dan TikTok,” kata Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Kalteng Firmanto saat dibincangi G-POP, Rabu (6/12).

Dalam rangka mengukur indikator kinerja perpustakaan, Dispursip Kalteng melakukan pengukuran indeks pembangunan literasi masyarakat (IPLM) dan survei tingkat gemar membaca (TGM) di Kalteng. Berdasarkan data desimiasi pelaksanaan pengukuran IPLM dan survei TGM Kalteng tahun 2023 ditemukan Kabupaten Murung Raya (Mura) mendapat skor sangat rendah pada IPLM dengan nilai 28,69. Hal ini disebabkan cakupan wilayah yang sangat luas. Sedangkan berdasarkan survei TGM Kabupaten Mura mendapat skor tinggi 60,96. (lihat tabel)

“IPLM adalah tolak ukur kinerja perpustakaan, pembinaan di Mura itu cukup luas, sehingga pengaruh demografi dan geografisnya mempengaruhi nilai IPLM. Hasil analisa dibatasi hanya pada wilayah ibukota kabupaten/kota,” ucapnya.

Sedangkan pelaksanaan pengukuran survei TGM diketahui jumlah masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan kian rendah. Hasil survei di 14 kabupaten/kota di Kalteng sekitar 70 persen responden melakukan aktivitas membaca di rumah dan hanya 13 persen responden lainnya membaca di perpustakaan. Pelaksanaan survei ini dilaksanakan dua tahun setelah pandemi Covid-19 yang menyebabkan perubahan pola aktivitas masyarakat di Kalteng.

“Untuk itu kami bertransformasi dan merubah pola layanan dari tercetak ke digital, agar masyarakat bisa melakukan pinjaman seara online. Kami juga semangat untuk melakukan sosialisasi berkunjung ke perpustakaan melalui berbagai festival atau kegiatan literasi seperti pemilihan duta baca,” sebut Firmanto saat ditemui di ruangannya.

Untuk menarik jumlah pengunjung dan pembaca di perpustakaan, Dispursip Kalteng akan menggandeng Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng. Menyusun terobosan dengan mendorong pustakawan sekolah bekerja sama dengan Dispursip Kalteng sesama lembaga perpustakaan melakukan pembinaan, inovasi dan MoU. Upaya ini guna meningkatkan jumlah kunjungan, jumlah keanggotaan perpustakaan dan mempromosikan gemar membaca di perpustakaan.

Disamping itu Dispursip Kalteng juga sudah menggerakkan program pusat yaitu transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Program ini tidak hanya menghadirkan tema bacaan namun juga mampu menghasilkan produk ekonomi baru. Pada program ini masyarakat terlibat langsung untuk mempraktikkan hasil bacaannya kemudian menghasilkan produk dengan nilai jual untuk meningkatkan taraf hidup.

“Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini bisa menghasilkan ekonomi baru bagi masyarakat. Contohnya di Kabupaten Sukamara yang mempraktikkan tema bacaannya yaitu menganyam, sedangkan di Barito Timur baru saja praktik membuat wadi dari hasil tema bacaannya dan dijual di pasaran. Di sini perpustakaan tak hanya menyediakan tema bacaan tapi juga memfasilitasi masyarakat,” jelasnya.

Menurutnya, per tahun 2023 jumlah perpustakaan di Kalteng mencapai 4.205 perpustakaan. Namun sayangnya hanya 122 perpustakaan yang memiliki akreditasi.

Sebanyak 4.205 perpustakaan yang ada di Kalteng belum semuanya memiliki akreditasi. Hanya ada tiga dari 122 perpustakaan di Kalteng yang berakreditasi “A” yaitu perpustakaan SMAN 1 Palangka Raya, SMAN 2 Palangka Raya dan SMAN 5 Palangka Raya. Penyebabnya adalah pembinaan yang masih belum baik dan merata serta pengembangan SDM pengelola perpustakaan.

“Mengelola perputakaan ini tidak hanya sekedar menyediakan koleksi buku bacaan, namun juga membuat program kerjanya,” tutup Firmanto. (oas/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter