GPOP-Berawal dari bosan libur sekolah, perempuan berhijab bernama Aulia Rahma beranikan diri untuk berpartisipasi di Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia dari Pusat Prestasi Nasional atau yang biasa dijuluki Puspresnas Fiksi tahun 2023. Dari berbagai macam cabang lomba yang tersedia ia memilih untuk berkompetisi dalam cabang lomba fashion. Bukan tanpa alasan, ternyata Aya-sapaan akrabnya punya keterampilan menjahit lho! Ilmu ini diturunkan oleh keluarganya yang lebih dulu berkecimpung di dunia jahit-menjahit.

“Awalnya karena gabut pas liburan eh terus dapet info tentang Fiksi. Kebetulan cabang lomba yang lain udah terisi nah fashion yang belum. Kebetulan aku juga punya minat di bidang fashion dan keluarga juga punya keahlian menjahit,” kata Aulia kepada tim G-Pop.

Mengikuti Fiksi 2023 ini, ai berinisiatif mengajak temannya yang sama-sama punya minat di bidang fashion yaitu Meisa. Sebagai tim mereka mempersiapkan diri selama satu bulan lamanya untuk lomba. Setelah melewati tiga tahap penyisihan akhirnya mereka dinyatakan lolos mewakili Provinsi Kalteng.

“Kreasi busana yang kami pamerkan yakni paduan pakaian formal dan kasual motif batik Kalteng yang dilengkapi dengan aksesoris tas rotan,” papar Aya saat diwawancarai sepulang sekolah.

Dengan mengusung tema “The Formal Style With The Charm Of Central Kalimantan” dua siswi SMAN 1 Kasongan, Kabupaten Katingan ini mengkombinasikan batik khas Kalteng pada bagian blazer yang diproduksi. Dengan paduan kain satin yang mewah dan batik khas Kalteng menciptakan blazer wanita yang bisa digunakan pada acara formal atau kasual. Tak hanya itu, Aya dan Meisa ternyata juga melengkapi fashionnya dengan tas yang terbuat dari rotan dan kulit sintetis. Enggak nanggung-nanggung, mereka berdua langsung belajar dan mengolahnya langsung ke pengrajin lokal! Enggak salah kalau tim ini lolos hingga ke nasional.

“Desain fashion The Formal Style With The Charm Of Central Kalimantan ini tuh konsepnya kayak setengah kain batik dan setengahnya lagi kain satin. Jadi biar anak muda juga bisa make yang enggak terlalu formal banget, ya kasual,” ujarnya.

Konsep ini terinspirasi dari Talawang atau perisai khas Dayak. Nah untuk melengkapinya ada juga kreasi tas rotan dan kulit sitetis yang waktu itu jadi challenge saat seleksi tahap kedua. Saat memproduksi tas itu mereka langsung konsultasi kepada pengrajin lokal.

“Selama lima hari kami mengolah tas berbahan rotan dan kulit sintetis itu yang kebetulan desainnya cukup sederhana, jadi enggak perlu waktu lama. Jadi selain punya skill menjahit kami juga menambah keterampilan membuat produk tas,”paparnya.

Sementara itu, Meisa Wijaya Kusuma mengatakan, maju lomba sebagai tim Aya dan Meisa yang punya keterampilan menjahit ini, mereka membagi setiap tugas dan tahapan produksi busana yang diciptakan. Mulai dari menggambar desain hingga menjahit dilakukan bersama dan tak lepas pula dari bimbingan guru sekolah.

“Dalam lomba ini kami membagi tugas khususnya produksi blazer ini. Kalo Aya tugasnya mencari referensi, nanti aku yang menggambar dan merancang dilanjutkan sambil menggunting pola. Bikinnya berdua namun sambil dibimbing oleh guru. Bagian yang cukup sulit itu waktu menggambar desain dan menjahit bagian kain dari luar,” bubuh Meisa yang hobi catwalk ini.

Persiapan sebelum berangkat ke tingkat nasional pada tanggal 26 September mendatang, kedua perempuan asal SMAN 1 Kasongan yang ternyata masih satu hubungan keluarga ini sedang mempersiapkan dengan matang produk fashion baru yang akan diproduksi untuk kemudian dikirimkan kepada panitia penyelenggara. Dengan budget yang dikeluarkan sekitar Rp3 juta.

“Kami ingin menggoreskan prestasi di Puspresnas Fiksi 2023, sebagai finalis Fiksi 2023 ini kami membuktikan ke sekolah tentang prestasi kami, harapannya suatu saat sekolah akan menyediakan ekstrakurikuler tata busana,” tegas Meisa. (ayu/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter