GPOP-Semangat kemanusiaan terus berkobar di kalangan anak muda. Tak sedikit para pemuda terlibat dalam gerakan sosial yang membawa dampak nyata bagi masyarakat. Semangat ini terlihat dari keterlibatan anak muda sebagai relawan Palang Merah Indonesia (PMI).

Di berbagai penjuru negeri, anak muda Indonesia dengan semangatnya telah menyumbangkan waktu, tenaga, dan jiwa mereka menjadi relawan PMI. Tidak hanya sekadar menjadi bagian dari organisasi kemanusiaan, namun juga menjadi tulang punggung dalam memastikan terselenggaranya kegiatan kemanusiaan, terutama donasi darah.

Setetes darah yang kita berikan akan memberikan manfaat besar bagi mereka yang membutuhkan. Tetapi, menjadi bagian dari PMI tidak hanya sekadar melayani masyarakat yang memerlukan darah, tetapi PMI juga terjun langsung melalui para relawannya untuk hadir di tengah-tengah  masyarakat yang memerlukan.

Sepertinya jiwa relawan sudah mendarah daging bagi sekelompok relawan. Tentu saja, oang-orang yang tergabung di PMI memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.

Mengabdi ke masyarakat sebagai relawan PMI sudah menjadi komitmen Ratri Nur Islamiarti. Perempuan 23 tahun ini sudah terjun menjadi relawan PMI sejak masih di bangku SMP, hingga kini masih aktif tergabung dalam Korps Suka Relawan (KSR) Markas PMI Kota Palangka Raya.

Saat ini, perempuan yang sudah mulai meniti karir di pekerjaannya ini, tiada henti untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Katanya, “you dont have to be avangers to save the world”, anda tidak harus menjadi avangers untuk menyelamatkan dunia. Menjadi relawan adalah salah satunya.

“Menjadi relawan PMI itu gak hanya membantu masyarakat. Tetapi ada banyak bidang-bidang lainnya yang bisa ditekuni bahkan menjadi pekerjaan di kemudian hari,” kata Ratri, perempuan yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Forum Relawan Kalimantan Tengah.

Menjadi seorang relawan muda bukan menjadi beban, justru menjadi kesenangan baginya. Dia senang dan bangga bisa membantu orang-orang yang membutuhkan. Meski setiap tugas dan pekerjaan, tentu memiliki suka dan dukanya masing-masing.

“Aku ngerasa, ternyata aku bisa bantu orang-orang dengan caraku sendiri. Kita gak perlu jadi mereka (Avangers,red) untuk menyelamatkan dunia. Kita punya caranya sendiri dan mungkin ini merupakan bagian saya,” jelas perempuan yang bercita-cita menjadi guru ini.

Ratri terus semangat menjalani tugas kemanusiaan hingga saat ini. Selain suka menjadi bagian dari relawan kemanusiaan, ia juga memiliki teman-teman yang bisa saling mendukung. Yap, dukungan yang solid dari tim di PMI ini memang sangat penting.

Ditambahkan Ratri, jiwa kepedulian ini dimulai dari SMP saat kali pertama ia mengikuti ekstrakurikuler PMR di sekolahnya. Meski awalnya hanya sekadar iseng, namun itu terus berlangsung saat SMA hingga sekarang. Bahkan saat ini ia sudah mengantoni beberapa prestasi di PMI seperti memiliki sertifikasi Water, Sanitation and Hygiene Promotion (WASH) Nasional dan Sertifikasi WASH Asia Pasific.

“Awalnya cuma mau ikut ekskul di sekolah yaitu PMR. Setelah ikut, ternyata saya merasa senang, aalagi semenjak ikut KSR, benar-benar terjun dan mengabdi ke masyarakat. Kegiatan ini bersentuhan langsung dengan masyarakat, dan ada kebanggaan tersendiri untuk bisa ikut membantu orang lain,” ujarnya, tutup perempuan yang lahir di Kota Palangka Raya, 7 Mei 2000 ini. (ovi/abw)

 

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter