GPOP-Sebagai seorang perempuan, ibu dan guru di sekolah nggak membuat Nur Hidayanti kewalahan menjalani aktivitas sehari-harinya. Mengajar dan belajar sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak masih berada di bangku kuliah. Oiya selain menjadi guru di sekolah, Bunda Yanti, sapaan hangatnya, juga mengajar 40 anak bimbingan belajar tambahan yang ia kelola lho.

“Menurut bunda, belajar dan mengajar itu kesempatan kita buat berbagi. Jika kita mengajarkan dan menyampaikan sesuatu ke orang lain maka akan mendapat sebuah pelajaran, namun jika orang itu tidak mendapat pelajaran maka ia mendapatkan sebuah hikmah,” papar guru pelajaran matematika di MTsN Barito Selatan ini.

Sampaikanlah walau hanya satu ayat. Kalimat itu menjadi kekuatan bagi Bunda Yanti untuk selalu menebar ilmu kepada orang sekitar. Dalam sehari ia menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan banyak orang, apalagi anak-anak di MTsN Barito Selatan tempat ia mengajar. Ketika tim G-Pop bertanya, apakah pernah merasa bosan dan capek harus bertemu banyak orang setiap harinya bahkan seusai mengajar? Tidak. Jawabnya tegas.

“Justru energi bunda ya dari berinteraksi dan ketemu orang banyak. Apalagi menjadi sosok ibu dan guru punya tanggung jawab yang besar, karena sebagai tenaga pendidik itu yang paling berat adalah menjadi tauladan bagi peserta didiknya,” ujar ibu dari dua orang anak.

Ia juga menjelaskan bahwa metode mengajar saat ini sudah jauh berbeda dari zaman dahulu. Jika dahulu dengan ringan tangan cenderung mengajar dengan kekerasan, sekarang sudah tidak lagi. Cara itu sudah tidak efektif digunakan untuk anak-anak zaman sekarang.

“Menghadapi anak-anak sekarang yang kerap disebut generasi strawberry yang kreatif nan rapuh ini  nggak bisa dengan cara yang sembarangan. Kalo versi bunda yaitu menjadi sahabat atau bestie-nya anak-anak. Jadi saat jam istirahat cukup sering bercengkrama sama anak-anak, mendengarkan curhatan dan jokes mereka. Berusaha menjadi pendengar yang baik. Alhamdulillah anak-anak nyaman sehingga proses belajar pun jadi lebih fun,” tutur ibu guru sekaligus pendongeng ini.

Mengatasi fenomena generasi strawberry ada banyak cara, salah satunya dengan cara saling memahami. Selain punya versinya sendiri yaitu menjadi sobat karib dari murid-muridnya, Bunda Yanti juga berusaha menginovasi caranya mengajar agar murid tidak cepat merasa bosan. Apalagi ia mengajar matematika.

Menurutnya untuk mengajar dan membimbing anak-anak itu harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Guru harus memahami bahwa anak-anak yang berusia 7-10 tahun itu senang bila diayomi. Sedangkan memahami anak yang sudah duduk di bangku SMP adalah dengan mendampinginya. Jika guru menemukan anak sedang mengalami kesulitan dalam belajar, caranya adalah didampingi untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan disuapi atau diayomi seperti anak usia di bawahnya, karena di usia remaja itu adalah kesempatan bagi anak-anak untuk berpikir kritis menyiapkan dirinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pada peringatan Hari Guru Nasional 2023 ia berharap semoga para guru di seluruh Indonesia dapat selalu memperbaharui keilmuannya. Memperbaharui pendekatannya kepada anak didik sesuai jamannya dan dapat menjadi sosok guru yang diidolakan oleh anak-anak. (ayu/abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos