GPOP-Siapa nih yang biasa jajan di Kedai Itah. Kedai berkonsep alam yang berlokasi di Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Jalan Tjilik Riwut kilometer 36. Pasti nagih, iya nggak? Konsep ramah lingkungan yang digunakan pada kedai ini memberikan kesempatan kepada masysarakat yang ingin merasakan vibes “berasa di kampung”.

Makanannya versi kampung banget. Ada nasi tiwul, nasi pecel dan nasi jagung. Dihidangkan dengan bungkus daun pisang yang beralaskan piring rotan. Hmmm… ngiler nggak sih? Bayangainnya aja bawaanya laper. Minumnya, ada teh bunga rosella, teh daun kelor, teh bunga telang atau kelapa muda yang diseruput dengan sedotan purun.

Kedai ini berkomitmen menjaga lingkungan, salah satu upayanya dengan mengurangi penggunaan plastik. Sedotan purun salah satunya. Di kedai ini, dalam sebulan bisa menghabiskan ribuan sedotan purun. Dipesan dari beberapa supplier untuk memenuhi kebutuhan kedai.

“Kalau sedotan purunnya habis, kami tidak menggunakan sedotan, langsung minum dari gelasnya,” kata pemilik kedai, Frederika Paembonan.

Kedai yang muncul dari Yayasan Permakultur ini berkonsep peduli lingkungan, peduli orang dan peduli masa depan. Menu makanan yang dipesan oleh konsumen di kedai ini diproduksi oleh warga lokal yang berada di sekitar kedai, hal ini menjalankan konsep kedai peduli orang.

“Kami peduli orang, dengan konsep ini bisa membantu perekonomian masyarakat, termasuk menggunakan sedotan lokal juga akan membantu UMKM lokal,” katanya saat dibincangi tim G-Pop, Selasa (30/1).

Konsep peduli lingkungan, kedai ini mencoba meminmalisir penggunaan sampah plastik. Meski tidak bisa secara keseluruhan, setidaknya bisa mengurangi.

“Untuk sampah plastik kami buang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sedangkan sampah organik akan kembali ke lingkungan,” tegas ibu empat anak ini.

Limbah organik seperti limbah makanan, bungkus makanan hingga sedotan purun akan bisa dimanfaatkan ulang. Limbah-limbah ini dikelola menjadi pupuk kompos. Dalam setahun mereka menghasilkan empat ton kompos dari limbah-limbah organik kedai.

“Kompos ini akan kembali ke tanah untuk pupuk tanaman, limbah yang bermanfaat untuk tumbuhan. Akan berbuah singkong, pepaya atau kelapa. Limbah makanan biasanya dimakan ayam dan mentok, limbah sedotan purun untuk mengerami ayam,” kata Frederika dengan tertawa.

Konsep peduli masa depan akan terlihat dengan komitmen mereka dalam menjaga lingkungan dan mengurangi sampah plastik. “Mahaga petak danum itah (manjaga tanah air kita),” tambahnya.

Upaya yang dilakukan ini harapannya limbah yang kembali ke tanah tidak merusak lingkungan. Konsep ramah lingkungan yang dilakukan tidak akan merusak tanah, tidak merusak sungai, tidak membuat polusi udara atau menjadi penyebab gorong-gorong mampet. (abw)

Leave a Comment

Follow Me

KALTENGPOS DIGITAL

Edisi terbaru Kalteng Pos

About Me

Newsletter

@2023 All Right Reserved. Designed and Developed by Gpop KaltengPos